BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi di
daerah pantat. Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit. Kulit bayi yang masih
sensitif disebabkan fungsi-fungsinya yang masih terus berkembang terutama pada
lapisan epidermis atau lapisan terluar kulit. Bagian ini yang memberikan
perlindungan alami pada kulit dari lingkungan sekitar. (dr
Stephani Dewi.Kompas,2011).
Incidence
rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda
di setiap negara, bergantung pada hygiene,
pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok . Kimberly A Horii, MD (asisten
profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John
Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 %
Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan
prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia
9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan
ruam popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama.
Penelitian di Inggris menemukan, 25 persen
dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok. (Steven.conectique.
2008).
Insiden
ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%,
yang menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga
tahun.(kabarbisnis.2010)
Berdasarkan
data statistik di Divisi Dermatologi Pediatrik, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin, FKUI/RSCM, Jakarta pada 2005-2009 , prevalensi penyakit eksim
masuk dalam ketagori 10 besar penyakit kulit yang diderita anak Indonesia.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Ada tiga jenis penyakit eksim yaitu eksim
susu, eksim seboroik atau sarap dan eksim popok. Dari ketiga jenis eksim ini
eksim popok merupakan yang paling banyak terjadi. Bahkan disinyalir 1 dari 3
bayi di Indonesia pernah mengalaminya.(majalah-farmacia.2011)
Staf
Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi, dr
Krisnajaya, MS memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia
mencapai 10 persen dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknya 220-240 juta
jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia, dan 1/3 dari
jumlah bayi d indonesia mengalami ruam popok (dinkes.bekasikab.2011).
Jumlah Balita di Jatim 2011 kurang lebih 3,2
juta jiwa (Pusat Data Dan Informasi Departemen Kesehatan RI, 2009). Setidaknya 50 persen bayi yang
menggunakan popok mengalami hal ini. Mulai terjadi di usia beberapa minggu
hingga 18 bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan)
(Rahmat hidayat.blogspot.2011).
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa
Mentoro, Kecamatan Sumobito, pada tanggal 19 maret 2011 jumlah balita total per
tahun 2011 periode bulan maret, terdapat 58 jiwa, dan 12 balita mengalami ruam
popok. Dan diketahui bahwa didaerah tersebut menggunakan bedak untuk mengatasinya.
Ibu-ibu yang masih memakai bedak belum mengatahui bahwa bedak dapat
mengakibatkan ruam popok yang lebih parah. Karena bedak yang terlaetak
dilipatan paha, dah bercampur keringat mengakibatkan tumbuhnya bakteri.
Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan
yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam
artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy
Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (produsen Pampers dan
Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok
pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga
61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper
Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka
peningkatan ruam popok 7% pada tahun 1955 dan 78% pada tahun 1999 (Nyak, C,
anakbunda. 2008).
Penyebab
ruam popok cukup banyak antara lain : Kulit bayi terpapar cukup lama dengan
urin atau kotoran yang mengandung bahan ammonia,bahan kimia, sabun atau
deterjen yang ada dalam diaper. Diaper yang terbuat dari bahan plastik atau
karet dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Diare, Infeksi jamur, susu
formula memungkinkan bayi mengalami ruam popok lebih besar ketimbang ASI, ini
karena komposisi bahan kimia yang ada di urin atau kotorannya berbeda serta
bayi yang mempunyai riwayat alergi. Disamping itu, faktor lingkungan seperti
iklim tropis membuat kelembaban senantiasa tinggi. Akibatnya memperbesar resiko
iritasi pada bayi.(Budiono.bayibalita.2010).
Sebagai upaya pencegahan agar ruam popok ini
tidak terjadi maka perawatan perianal/perawatan pada daerah yang tertutup popok
penting dilakukan. Mengganti popok usai mengompol, mengusahakan kulit agar
tetap kering, menggunakan sabun khusus, melonggarkan popok, membiarkan daerah
alat kelamin terkena udara bebas (Darsana,blogspot.2009). Dengan
penelitian yang menyatakan bahwa pemberian bedak secara perianal mengakibatkan infeksi pada bayi, bisa
memicu ruam popok (dr.Stephanie.Kompas
,2011).
Minyak kelapa sebenarnya
sudah lama dikenal dan digunakan oleh nenek moyang kita, baik untuk keperluan
memasak maupun untuk tujuan pengobatan ( Dr. drh. Masdiana Padaga, M.APP.Sc
.koranpdhi.2011). VCO(virgin coconut oil) adalah minyak kelapa murni yang dibuat
dari bahan baku kelapa segar,
diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB( refined,
bleached and deodorized). Penyulingan minyak kelapa
seperti di atas berakibat kandungan senyawa-senyawa
esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan
utama asam
laurat ini memiliki sifat antibiotik,
anti bakteri dan jamur sehingga dihasilkan produk
dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna
bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih
dari 12 bulan (Wikipedia Indonesia.2010)
Dr.Enig dalam artikel "COCONUT IN SUPPORT OF GOOD HEALTH IN THE 21st
CENTURY" menjelaskan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan
sejak tahun 1978 dan terbukti bahwa monolaurin
dapat menginaktifkan beberapa bakteri pathogen
penting seperti Listeria monocytogenes,
Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus
grup A,F dan G. Minyak kelapa juga mempunyai efek antiaging sehingga dapat digunakan untuk perawatan kulit. ( koranpdhi.2011)
Dengan kasus diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Ds.Menturo Kec.Sumobito Jombang dengan judul
“Pengaruh Pemberian VCO (Virgin Coconut
Oil) Terhadap Kejadian Ruam Popok”.
1.2 Rumusan
Masalah
Masalah dalam
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
Adakah
pengaruh VCO terhadap kejadian ruam popok di Ds.Menturo Kec.Sumobito
Jombang?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian virgin
coconut oil (VCO) terhadap ruam popok pada bayi di Ds.Menturo Kec.Sumobito
Jombang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi ruam popok pada bayi di Ds.Menturo Kec.Sumobito
Jombang.
1.3.2.2 Mengidentifikasi ruam popok pada bayi
yang diberikan dan tidak diberikan perawatan VCO di Ds.Menturo Kec.Sumobito
Jombang.
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh pemberian virgin
coconut oil (VCO) terhadap Penyembuhan Ruam popok di Ds.Menturo Kec.Sumobito
Jombang.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Peneliti
1.
Peneliti
dapat mengetahui pengaruh pemberian VCO terhadap kejadian ruam popok.
2.
Sebagai
aplikasi secara langsung setelah mengikuti perkuliahan di Prodi DIII Kebidanan
FIK UNIPDU Jombang.
1.4.2
Bagi
Institusi Pendidikan
Menambah referensi baru tentang
pengaruh pemberian VCO terhadap kejadian ruam popok pada bayi.
1.4.3
Bagi
tempat penelitian
Penelitian ini dapat sebagai masukan
bagi tempat penelitian serta hasil penelitian dapat digunakan sebagai
saranauntuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan ruam popok sehubungan
dengan pengaruh pemberian VCO terhadap kejadian ruam popok pada bayi.
1.5
Hipotesis
Jawaban sementara penelitrian, patokan duga, atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Yaitu : H1 diterima :
ada pengaruh pemberian virgin coconut oil (vco) terhadap penyembuhan ruam popok
pada bayi.
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam
memperoleh gambaran tentang penelitian ini maka penulis membagi bab sebagai
berikut:
BAB I :
PENDAHULUAN
Meliputi
tentang Latar belakang. Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Hipotesis dan Sistematika Penulisan.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi tentang konsep teori yang mendasari
atau mendukung penelitian yang meliputi konsep Bayi, konsep ruam popok, konsep
VCO( virgin coconut oil), konsep pengaruh pemberian VCO, konsep penyembuhan luka,
kerangka konsep,.
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang menguraikan tentang
desain penelitian, populasi, sampel, kriteria sampel, identifikasi variabel,
definisi oprasianal, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data, analisa
data, uji efektifitas, alat ukur, etika penelitian, dan keterbatasan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang terdiri dari Data Umum
dan Data Khusus, Pembahasan yang berisi tentang analisis
dari Data Umum hingga Data Khusus
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bayi
2.1.1 Definisi
Bayi
Bayi adalah
masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah lahir dari rahim seorang
ibu (carapedia.2012). bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan (husaini.2002)
2.1.2
Masalah
yang sering timbul pada kulit bayi
1. Ruam popok
2. Kurap
3. Panu
4. Eksem popok (bila ruam popok telah
bertambah parah) ( Maulana Mirza.2009)
5. Oral trush
6. Miliaria
7. Dermatitis seboroik (infobidania.2011)
2.2 Konsep Ruam Popok
2.2.1
Definisi Ruam Popok
Ruam Popok
sering disebut dengan “Diaper Rash”. Diaper Rash adalah Dermatitis yang timbul
pada bayi di daerah yang ditutupi popok (Kamus Saku Kedokteran Dorlan, 1998:
926).
Yakni sekitar
perut, kemaluan, lipatan paha dan pantat (dr. Suranto Adji.2010). Disebabkan
oleh iritasi kulit, akibat ammonia sebagai hasil dekomposisi urin (Kamus Saku
Kedokteran Dorlan,1998: 302). Juga akibat akhir karena
kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik (Sudarti,
2009). Ruam popok dapat terjadi pada periode neonatal segera setelah anak mulai
memakai popok. Puncak insiden pada mereka yang berusia 7-12 bulan, kemudian
menurun seiring bertambahnya usia.
Ruam popok biasanya tidak terjadi pada usia 2
tahun karena telah mendapatkan toilet training (Balentine J,Wolfram W, Halamka.
Emedicine.2010)
2.2.2 Etiologi ruam popok
1.
Kebersihan kulit yang tidak
terjaga
2.
Jarang ganti popok setelah
bayi/anak kencing.
3.
Akibat Diare (Sudarti, 2009).
4.
Diperkenalkannya
makanan baru, (makanan padat) tekstur komposisi tinja berubah dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya ruam popok, makanan (jus dan buah) yang asam, protein
dan gandum juga merupakan penyebab utama ruam popok.
5.
Jamur
dan bakteri
6.
Kulit
sensitive
7.
Penggunaan
dan mengkonsumsi antibiotik (Prabantini Dewi,2010).
8.
Kelembaban
berlebih pada kulit yang peka
9.
Gesekan
antar lipatan kulit yang basah (Sears Wiliam,2007).
10. Menggunakan bedak, kemudian mengumpul
pada lipatan paha akan mengakibatkan timbulnya bakteri (Suririnah,2009).
11. Mempunyai riwayat alergi (Maulana
Mirza,2009)
12. Pemakaian pelembut pakaian dan
pembersih pada pakaian dapat mengakibatkan iritasi kulit (lansky Vicki,2007).
2.2.3 Manifestasi Klinis ruam popok :
1. Kulit di daerah tersebut meradang,
berwarna kemerahan kadang lecet (Suririnah, 2009).
2. Iritasi
pada kulit yang terkena, muncul sebagai eritema
3. Erupsi pada daerah kontak langsung
dengan pantat dan kemaluan, perut bawah, paha atas.
4. Keadaan
parah : papila eritematosa, Vesikula dan Ulserasi (Sudarti M.kes, 2009).
5. Gatal-gatal dan lecet
(Suririnah,2009).
2.2.4 Patofisiologi
Etiologi yang tepat dari ruam popok tidak
didefinisikan secara jelas. Yaitu adanya kemungkinan dari kombinasi
faktor-faktor yang meliputi kelembaban, gesekan, urin dan feses, dan keberadaan
mikroorganisme. Berhubungan dengan kebersihan dan lingkungan mikroorganisme
pada lipatan-lipatan paha,termasuk kelamin dan pantat bayi.
Faktor
iritasi utama dalam situasi ini adalah protease dan lipase feses yang
aktivitasnya meningkatkan pH asam sebuah permukaan kulit. Inilah penyebab
tingginya insiden dermatitis iritan popok, contohnya pada bayi yang mengalami
diare dalam 48 jam sebelumnya (Balentine J, Wolfram W, Halamka,
emedicine.2010).
Dan
ketika bayi mengompol urine akan mengenai kulit sekitar alat kelamin dan
lipatan paha, daerah tersebut akan lembab dan memberikan peluang untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang dapat merusak kulit bayi. Penimbunan urine pada
popok yang basah dapat membuat kulit bayi teriritasi, dan menyebabkan infeksi
karena pada urine terdapat bakteri dari jenis ammoniagenes yang dapat
menguraikan urine dan membentuk zat yang disebut amoniak, bakteri ini mungkin
terkumpul dalam popok, seprei ataupun pakaian bayi dan tanpa diketahui telah
menguraikan urine menjadi zat amoniak. Bau zat amoniak ini adalah bau pesing
yang dapat diketahui dari bau popok, seprei ataupun baju
bayi(Fitry.blogspot,2011).
Pemakaian
popok menyebabkan peningkatan yang signifikan pada kulit basah dan pH basah
yang berkepanjangan menyebabkan maserasi (pelunakan) dari stratum korneum,
lapisan, pelindung terluar kulit. Serangkaian penelitian telah menunjukkan bahwa pH produk pembersih
dapat mengubah spektrum mikrobiologi pada kulit. Sabun dengan PH tinggi dapat
mendorong pertumbuhan propionibacterial pada kulit, sedangkan syndets (yaitu,
deterjen sintetis) dengan pH 5,5 tidak menyebabkan perubahan mikroflora
tersebut. (Balentine J, Wolfram W, Halamka.emedicine.2010).
2.2.5 Mencegah Ruam Popok
1. Mengganti popok bayi bila sesering mungkin.
2.
Membersihkan pantat bayi dengan lembut, menggunakan air hangat (Indivara Nadia,2009).
3. Tidak memakai tisu basah yang beralkohol
(dr. Suranto Adji.2010)
4. Membiarkan terkena uadara( kontak dengan
udara)
(warner peny,dkk.2009)
5. Memakai popok
yang berbahan lembut, (Indivara Nadia,2009).
6.
Memilih detergent dan pelembut yang tidak mengakibatkan alergi (Kennedy
michelle.2004)
7. Tidak menggosok pantat bayi terlalu keras
dan sering.
8. Menggunakan popok yang memiliki pori-pori
(Lansky Vicki.2007).
9. Tidak menggunakan bedak pada pantat bayi.
10. Membuat sendiri bidet untuk pantat bayi
mneggunakan soda kue (Kennedy Michelle.2004)
11. Menggunakan pelembab, atau Baby oil (Indivara
Nadia,2009).
12. Menggunakan popok sebaiknya tak lebih dari 3
jam (sheradiofm.2011).
2.2.6 Mengatasi Ruam Popok.
1.
Memberikan Krim Zinc Oxide setiap
mengganti popok.
2.
Menggunakan krim anti jamur.
3.
Menggunakan sedikit hidrokortison sesuai
anjuran dokter
(Sears William.2009)
4. Mengganti merek popok,atau menggunakan popok kain
sementara waktu (Kennedy Michelle.2004)
5. Steroid Topikal (dioleskan di kulit) Bekerja
mengurangi peradangan.. Penggunaannya perlu hati-hati karena efek sampingnya.
Dapat diserap tubuh jika dipakai
berlebihan dan justru dapat memperparah
ruam popok jika ternyata disertai oleh infeksi jamur atau bakteri.
6. Antibiotika Topikal.
digunakan untuk mengobati ruam popok yang terinfeksi bakteri.
(kti-kebidanan-faktor-faktor.blogspot.2011).
7. Menjaga kulit bayi
tetap kering dan dingin.
8. Memilih baju yang tepat
(Maulana Mirza.2009).
2.3. Konsep VCO
2.3.1 Definisi VCO
Virgin Coconut
Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yangdihasilkan dari kelapa segar, dibuat
tanpa mengalami pemanasan, serta tanpabahan kimia. VCO mengandung sekitar 50%
asam laurat dan 7 % asam kapriat,keduanya merupakan Medium Chain Fatty Acid
(Asam lemak rantai sedang/ MCFA). MCT (medium chain Triglyserides) khususnya
asam laurat memiliki kemampuan sebagai antivirus, anti fungi, anti protozoa dan
anti bakteri. Secara umum VCO berfungsi sebagai pencegah maupun obatberbagai
macam penyakit yang disebabkan virus, fungi, protozoa, bakteri,
faktordegeneratif, dan radikal bebas (qolbu.blogspot.2010).
Salah satu
dari MCT adalah asam laurat. Asam laurat juga ditemukan dalam Air Susu Ibu
(ASI). Asam laurat ini jika sudah dikonsumsi maka oleh tubuh akan diubah
menjadi monolaurin. Monolaurin dalam darah inilah yang berfungsi sebagai agen
kekebalan tubuh Ia juga berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (
ayosembuhdansehat.blogspot.2011).
Penelitian
epidemiologis pada orang yang tinggal di iklim tropis yang lebih banyak
mengonsumsi minyak kelapa dalam makanannya, bahkan selama beberapa decade,
minyak kelapa telah digunakan dalam larutan infuse di rumah sakit sebagai
sumber makanan pasien berpenyakit kritis dan merupakan komponen utama dari susu
formula bayi (Andi Nur A.S.2010)
Monolaurin
menurut dr.Enig dapat menginaktivkan beberapa bakteri pathogen penting seperti
Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae,
Streptococcus grup A,F dan G. Minyak kelapa juga mempunyai efek antiaging
sehingga dapat digunakan untuk perawatan kulit (koranpdhi.2011)
VCO
menggunakan pemanasan yang tidak terlalu tinggi sehingga mempertahankan vit.E
dan enzim-enzim yang terkandung dalam daging buah kelapa ( Nur Andi A.S.2010).
Komponen VCO,
tidak dicerna sebagai lipoprotein dan tidak diedarkan dalam aliran darah seprti
minyak lainnya, tetapi dikirim langsung ke hati, lalu diubah menjadi energy.
Asam lemak ini juga dapat mudah diserap oleh dinding usus karena molekulnya
relative kecil, demikian dapat mengurangi kerja pancreas, saluran pencernaan,
hati, serta tidak membuat lemak menumpuk dalam tubuh. Saat dikonsumsi, tubuh
langsung menggunakannya untuk memproduksi energy bukan menimbunnya di jaringan
adipose sebagai lemak tubuh (sutarmi.2010).
2.3.2 Manfaat VCO
1. VCO di dalam tubuh tidak
tersintesis menjadi kolesterol, tidak tertimbun menjadi lemak dalam tubuh,
karena mudah dicerna dan dibakar sebagai sumber energi. VCO berfungsi mengobati
berbagai penyakit seperti ;
Kencing manis,
Darah tinggi, Kolesterol, Stroke, Jantung, Asam urat, maag, Ginjal, Asma akut,
Liver, Hepatitis, Paru-paru, Osteoporosis, AIDS, Gangguan pencernaan,
Influenza(bungsuteujadi.blogspot.2010).
2. Mematikan
berbagai virus penyebab mononucleosis, influenza,hepatitis C , cacar air,
herpes
3. Mematikan
berbagai bakteri penyebab pneumonia, sakit telinga,infeksi tenggorokan, gigi
berlubang, keracunan makanan, infeksi salurankencing, meningitis, gonorrhea,
luka, dan membantu kerusakan gigi sertamencegah penyakit periodental
4. Mematikan
jamur dan ragi penyebab candida, jock itch, kadas,athletes foot, ruam karena
keringat dan popok, serta infeksi lainnya
5. Melumpuhkan
dan mematikan cacing pita, lice, giardia, danparasit lainnya
6. Menyediakan
sumber nutrisi dan energi cepat serta berbagaiantioksodan pelindung
7.
Meningkatkan energi dan stamina yang memperbaiki fisik danpenampilan atlet
8. Memperbaiki
pencernaan dan penyerapan vitamin serta asamamino yang larut dalam lemak
9. Meperbaiki
sekresi insulin dan pendayagunaan glukosa darah
10. Meredakan
stres pasa pankreas dan sistem enzim tubuh
11. Meredakan
gejala dan resiko diabetes
12. Mengurangi
gangguan kesulitan pencernaan dan cystic fibrosis
13.
Memperbaiki penyerapan kalsium dan magnesium, sertapertumbuhan tulang dan gigi
14. Meredakan
penyakit yang berhubungan dengan Chron’s disease,ulteractive colitis, dan bisul
perut
15. Mendukung
penyembuhan dan perbaikan jaringan tubuh, dansistem kekebalan tubuh
16. Melindungi
tubuh dari kanker payudara, kanker colon, dankanker lainnya
17. Membantu
meredakan epilepsi, gejala psoriasis, eksim,dermatitis
18. Mencegah
infeksi topical, melembutkan dan mengencangkankulit, mengendalikan ketombe,
Mencegah keriput dan bercak penuaan
19.
Meningkatkan vitalitas (qolbu.blogspot.2010)
20. Mengatasi bau badan.
21. Mengatasi kaki pecah-pecah, dan kerusakan
kulit akibat matahari.
22. Memutihkan siku dan lutut
(kapanlagi.2011)
2.3.3 Kandungan VCO
VCO mengandung
90% asam lemak jenuh yang terdiri atas asam laurat,miristat dan palmitat.
Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam laurat dan asam
miristat, sedangkan kandungan asam lainnya lebih rendah. Tingginya asam lemak
jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tshsn terhadap proses ketengikan akibat
oksidasi.
Tabel 2.3.3.1 kandungan VCO menurut Alamsyah 2004.
Asam
lemak
|
Rumus
kimia
|
Jumlah
(%)
|
Asam
lemak jenuh
|
||
Asam
kaporat
Asam
kaprilat
Asam
kaprat
Asam
laurat
Asam
miristat
Asam
palmitat
Asam
stearat
Asam
arachidat
|
C5H11COOH
C7H17COOH
C9H19COOH
C11H23COOH
C13H31COOH
C15H35COOH
C19H39COOH
C19HCOOH
|
0,2
6,1
8,6
50,5
16,18
7,5
1,5
0,02
|
Asam
lemak tak jenuh
|
||
Asam
palmitoleat
Asam
oleat
Asam
linoleat
|
C15H29COOH
C17H33COOH
C17H31COOH
|
0,2
6,5
2,7
|
Tabel 2.3.3.2 kandungan kolesterol
pada bebagai minyak dan lemak
Jenis
Minyak
|
Kadar
|
Minyak
kelapa
Minyak
kelapa sawit
Minyak
kedelai
Minyak
jagung
Mentega
Lemak
babi
|
0-14
18
28
50
3,150
3,500
|
(Nur
Andi A.S.2010).
VCO mengandung
sejulmlah rantai C6-C12 asam lemak yang tidak terdapat
pada minyak nabati lainnya. Minyak tersebut juga memiliki asam lemak esensial
terendah seperti asam oleat,asam linoleat. Oleh karena itu, kualitas nutrisi
VCO lebih inferior dibandingkan dengan minyak nabati lainnya (Nur Andi
A.S.2010).
2.3.4 Membuat VCO
Cara
membuat VCO dengan berbagai cara yaitu:
1. Pemanasan.
Pertama, kelapa di buat santan dengan mencampurkan 1kg parutan kelapa
dengan 2 liter air. Santan tersebut kemudian didiamkan selama kurang lebih 12
jam. Setelah didiamkan, santan akan terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan pertama
disebut krim (kanil- jawa), lapisan yang kedua disebut skim yang berupa
protein, dan lapisan ketiga berupa air. Kemudian krimnya dipanaskan hingga
menjadi minyak kelapa murni. Setelah itu aduk perlahan supaya blondo tidak
hangus. Hentikan pemanasan apabila blondo dan minyak terjadi peemisahan,
selanjutnya angkat dan dinginkan. Saring blondo dari minyak, press blondo
hingga semua minyak keluar. Panaskan kembali agar minyak menjadi jernih.
2. Fermentasi
Dengan pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi, krim yang didapat
dicampurkan dengan enzim untuk memecahkan emulsi. Enzim yang bisa digunakan di
antaranya enzim mikroba atau ragi dari saccharomyces
cerevisae. Bisa juga menggunakan enzim pemecah emulsi lainnya, seperti
poligalaktruronase, amylase, atau pektinase. Caranya dengan mencampurkan cuka
nira dengan perbandingan 2 sendok makan cuka nira untuk 1 liter krim santan.
Setelah di aduk, lalu difrmentasikan selama 1-2 hari, sampai terbentuk blondo,
minyak dan air. Setelah dipisahkan antara blondo, minyak dan air, panaskan
kembali dengan suhu sekitar 60° hingga minyak berwarna jernih dan beraroma
khas.
3. Minyak Pancingan
Dengan teknik pemancingan, molekul minyak dalam santan ditarik oleh
minyak pancing sampai akhirnya menjadi minyak semuanya. Tarikan itu akan
mengubah air dan dan protein yang sebelumnya terikat dengan molekul santan
menjadi terputus. Teknik ini pada dasarnya mengubah bentuk emulsi-air menjadi
emulsi minyak-minyak. Pertama kumpulkan krimnya dan buang airnya setelah itu
camour denag minyak yang sudah jadi dengan perbandingan 1:3. Aduk-aduk hingga
minyak rata, kemudian diamkan selama 8 jam hingga terbentuk blondo, minyak dan
air. Kemudian pisahkan. Bila baunya kurang sedap berarti prosesnya salah.
Dari
berbagai cara pembuatan minyak kelapa murni tersebut, cara yang dianggap paling
baik adalah cara pancigan. Dengan cara pancingan, kemungkinan rusaknya asam
lemak pada minyak relative lebih kecil. Selain itu, prosesnya juga lebih cepat
(J, Kuncoro.2010).
2.4 Konsep Pengaruh Pemberian
VCO
Vco dapat
menyembuhkan ruam popok (indivara, nadia.2010). Karena salah satu manfaat VCO
adalah mematikan jamur dan ragi penyebab candida, jock itch, kadas,athletes
foot, ruam karena keringat dan popok, serta infeksi lainnya (qolbu.2011). Dan
salah satu kandungan vco adalah asam laurat. Asam laurat juga ditemukan dalam
Air Susu Ibu (ASI). Asam laurat ini jika sudah dikonsumsi maka oleh tubuh akan
diubah menjadi monolaurin. Monolaurin dalam darah inilah yang berfungsi sebagai
agen kekebalan tubuh Ia juga berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
( ayosembuhdansehat.blogspot.2011).
Monolaurin
menurut dr.Enig dapat menginaktivkan beberapa bakteri pathogen penting seperti
Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae,
Streptococcus grup A,F dan G. Minyak kelapa juga mempunyai efek antiaging
sehingga dapat digunakan untuk perawatan kulit (koranpdhi.2011). VCO
menggunakan pemanasan yang tidak terlalu tinggi sehingga mempertahankan vit.E
dan enzim-enzim yang terkandung dalam daging buah kelapa ( Nur Andi A.S.2010).
VCO yang dipakai rutin secara topical akan membantu mengangkat sel-sel kulit
mati dan mengganti dengan sel-sel baru (J. Kuncoro.2010).
2.5 Konsep penyembuhan luka
2.5.1 Definisi penyembuhan luka
Penyembuhan
adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud.2008).
2.5.2 Fase penyembuhan
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP)
kebocoran dari kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk
merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan
merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk
fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi
hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti
”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit
setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan (Go ET_WOC Nurse
Indonesia, 2009).
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1. Fase Inisial (3-5 hari)
2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel
epitel, mulai pertumbuhan sel
3. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama
fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari
lapisan epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel
menebal dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5 hari.
4. Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan
miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu
menutup defek
dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur
selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan
pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Tabel 2.5.2 Fase penyembuhan luka
Fase Penyembuhan
|
Waktu
|
Sel-sel yang berperan
|
Analogi membangun kulit
|
Hemostasis
Inflamation
|
Segera
|
Platelets Neutrophils
|
Cooping off conduct
|
Proliferation
Granulosa
|
Hari 1-4
|
Macrophages
Lymphocytes
Angocytes
Neurocytes
|
Supervisor Cell
Specific labores at
the
Plumber
Electrician
|
Contracture
|
Hari 4-21
|
Fibroblas
Keratinocytes
|
Framers
Roofers and siders
|
Remodelling
|
Hari 21-2 tahun
|
Fibrocytes
|
Remodelers
|
2.6 Kerangka Konsep
Suatu uraian
dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah
yang ingin diteliti (notoatmodjo.2010).
Gambar. 2.3 kerangka konsep
Keterangan:
Yang di
teliti
Yang
tidak diteliti.
Keterangan :
VCO yang
diolah tanpa pemanasan akan memberikan efek yang baik pada semua jaringan
tubuh, khususnya jaringan ikat yang memberi elastisitas pada kulit. VCO yang
dipakai rutin secara topical akan membantu mengangkat sel-sel kulit mati dan
mengganti dengan sel-sel baru. VCO juga dapat melindungi kulit dari bakteri dan
jamur yang dapat merusak kulit (J. Kuncoro.2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah dengan menggunakan
metode ilmiah (Notoatmodjo, 2005). Dalam bab ini menguraikan tentang metode dan cara yang
akan dipakai dalam penelitian ini, antara lain : desain penelitian, populasi,
identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu, pengumpulan
data, alat ukur, etika penelitian dan keterbatasan.
3.1 Desain
Penelitian
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap
keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2003) Dalam penelitian ini jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan pendekatan posttest only control group design yaitu rancangan yang merupakan
eksperimental sungguhan dan tidak ada pretest, karena kasus-kasus telah
dirandomisasi baik kelompok eksperimen maupun kelompok control. Dengan
rancangan ini memungkinkan peneliti mengukur pengaruh intervensi pada kelompok
eksperimen dan membandingkan dengan kelompok control (notoadmojo soekidjo.2010)
Tabel 3.1 Rancangan Post
Test Only Control Group
Subjek
|
Pra
|
Perlakuan
|
Pasca-Tes
|
R
|
-
|
I
|
O
|
R
|
-
|
-
|
O
|
Keterangan :
R : Responden
I : Dilakukan Perlakuan
O : Dilakukan Pengukuran
3.2
Populasi, Sampel, Sampling
3.2.1
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2010). Pada penelitian ini populasinya adalah semua bayi yang terkena ruam popok pada
bulan mei 2012 di Desa Mentoro, Sumobito, Jombang.
3.2.2
Sampel
Sampel adalah
sebagian yang diambil
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Semua bayi yang terkena ruam popok
pada bulan mei 2012 di Desa Mentoro, Sumobito, Jombang
3.2.3
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008) . Sampling
yang digunakan pada penelitian ini adalah Random Sampling, dimana pemilihan sampel secara acak. Dan
boleh digunakan hanya pada populasi yang homogen (Notoatmodjo,
Prawiroharjo.2010)
3.3
Kriteria
Sampel
Agar
karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan
pengambilan perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo.2010)
Kriteria
sampel dalam penelitian yaitu :
1.
Bayi
yang terkena ruam popok.
2.
Bayi
yang tidak mengalami eksim popok
3.
Bayi
dengan keadaan umumnya sehat (tidak sedang sakit parah)
4.
Tidak
diberikan antibiotik lain selama penelitian (baik oral maupun topikal, dari ibu
dan bayi).
5.
Ibu
dari bayi bersedia bila bayinya dijadikan responden.
6.
Ibu
tidak memakaikan popok sekali pakai (pampers) saat dilakukan penelitian.
3.3
Identifikasi Variabel
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain
(notoatmodjo.2010).Variabel dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian VCO terhadap
kejadian ruam popok
3.3.1
Variable
bebas ( independent )
Adalah
variable yang bila dalam suatu saat berada bersama dengan variabel lain,
variabel tersebu berubah variasinya (notoatmodjo.2010). Variable bebas
dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian VCO
3.3.2
Variable
terikat ( dependent )
variabel yang
berubah karena variabel bebas (notoatmodjo.2010).
Variable dependent dalam
penelitian ini adalah kejadian
ruam popok
3.3.3 Variable
pengganggu (confounding)
Variable
yang mengganggu variable dependent dan independent (notoatmodjo.2010). Apabila
ada perbedaan pada lamanya kejadian ruam
3.4
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).
Tabel 3.4.1 Definisi
Operasional
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Kriteria
|
Skala
|
Independent
pemberian VCO
|
Pemberian vco terhadap
penyembuhan ruam popok pada bayi. Yang diberikan setiap pagi dan sore hari
setelah mandi.
|
observasi
|
Ya : diberi VCO
Tidak : tidak diberi VCO
|
nominal
|
Dependent
Ruam popok
|
Terdapat radang,
gatal-gatal dan bintil-bintil merah di sekitar paha, pantat dan genitalia.
|
observasi
|
Cepat : 1-5 hari
Lambat : 6- 20 hari
|
Ordinal
|
3.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan,
penelitian dilaksanakan di desa Mentoro , Sumobito , Jombang.
3.5.2
Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu pelaksanaan dan perencanaan
mulai penelitian proposal hingga menulis laporan penelitian / KTI, penelitian
dilaksanakan bulan Maret – Mei tahun 2012
3.6
Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.7.1
Teknik Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Penelitian ini menggunakan metode observasi eksperimental yaitu observe dimasukkan kedalam suatu kondisi
atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan sehingga gejala yang akan diamati akan timbul
(notoatmodjo. 2010).
Kemudian
peneliti akan memakai SOAP untuk mencatat perkembangan penyembuhan ruam popok
yang timbul.
2. Data Sekunder
Dari referensi maupun dari internet.
3.7.2
Analisis Data
Untuk
mengetahui pengaruh pemberian
VCO terhadap kejadian ruam popok maka
menggunakan Penelitian ini
menggunakan uji statistik bivariat (dengan dua variabel). Skala penelitian ini adalah ordinal nominal,
sehingga peneliti memilih uji Mann-Whitney U-Test sebagai penguji hipotesis.
rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.7.2.1 Rumus Uji
Mann-Whitney
dimana:
U = Nilai uji
Mann-Whitney
N1=
sampel 1
N2= sampel 2
Ri = Ranking ukuran sampel
3.8
Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan
data, kegiatan dalam pengolahan data meliputi :
3.8.1
Editing
Pada penelitian ini, penulis menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Terdapat 2 lembar observasi
(lampiran), dimana lembar observasi pertama merupakan sebuah tabel yang
diperuntukkan hasil pengamatan keadaan ruam setiap harinya. Sedangkan tabel
kedua untuk menuliskan hari dimana ruam popok sembuh pada tiap-tiap responden.
3.8.2
Koding
Setelah data diedit langkah berikutnya adalah
mengkoding data, yaitu memberi kode terhadap setiap jawaban yang diberikan.
Tujuannya untuk memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran
data yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat analisis
data dan dan proses entri dengan bantuan perangkat lunak komputer.
Contoh : tidak :
1, ya : 2, lambat : 1, cepat : 2.
3.8.3
Tabulasi
Tabulasi adalah pekerjaan menyusun tabel mulai dari
menyusun tabel utama yang berisi seluruh data atau informasi yang berhasil di
kumpulkan dengan tabel khusus yang telah benar-benar di tentukan dan isinya
sesuai dengan tujuan penelitian.
3.9
Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan alat ukur lembar observasi dengan tujuan
agar peneliti memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pengaruh VCO terhadap
penyembuhan ruam popok pada bayi.
3.10
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan ijin
kepada pihak yang terkait setelah itu baru disebarkan ke responden yang akan
diteliti dengan menekan masalah etika yang meliputi :
3.10.1
Informed Consent (Lembar
Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar
persetujuan, yang diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak selama
penelitian.
3.10.2
Anonimity (Tanpa
Nama)
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3.10.3
Confidentialy
(Kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
3.11
Keterbatasan
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam
penelitian dan keterlambatan dalam penelitian yang dihadapi peneliti adalah :
3.11.1
Literatur
Bahan yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian
kurang, sehingga dalam penyempurnaan penelitian memerlukan waktu yang cukup
lama.
3.11.2
Waktu
Waktu penelitian terbatas sehingga sampel yang dilakukan
terbatas jumlah sehingga hasilnya tidak bisa maksimal.
3.11. 3.12 Peneliti
Peneliti bleum
pernah melakukan penelitian sebelumnya dan merupakan penelitian yang pertama,
sehingga mungkin masih jauh dari kesempurnaan.
Label: Contoh KTI
0 komentar:
Posting Komentar