BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan suatu
negara. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,
setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari
500.000 orang (Winkjosastro, 2005). Berdasarkan hasil SDKI 2007 derajat
kesehatan ibu di Indonesia masih perlu ditingkatkan, ditandai oleh Angka
Kematian Ibu (AKI) yaitu 228/100.000 KH dan tahun 2008 , 4.692 jiwa ibu melayang
di masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu adalah
Perdarahan 28%, Eklamsi 24%, Infeksi 11%, Partus Lama 5%, Abortus 5%, dan
lain-lain (SKRT 2001). Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya
AKI. Salah satu penyebabnya adalah anemia dalam kehamilan. Penelitian Chi,dkk
menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan
19,7% untuk mereka yang non anemia.
Kematian ibu
15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Prevalensi
anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang
lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi pada Trimester III berkisar 50-79%. Anemia dalam kehamilan
juga berhubungan dengan meningkatnya Angka Kesakitan Ibu (Ikhsan S,2009:62 ).
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai hemoglobin yang kurang dari 11
g/dl pada trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester
kedua (Diane F & Margaret A Coper, 2009: 190).
Anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi bayi dan ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyakit dapat timbul
akibat anemia, seperti: abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia
uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik
intrapartum maupun post partum, anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari
4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis, seperti dilaporkan oleh
Lie-Injo Luang Eng, dkk. Juga hasil konsepsi anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian mudigah, kematian
perinatal, prematurus, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi kurang. Anemia
dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan
anak (Winkjosastro, 2005: 450).
Peran bidan
sangat penting untuk menurunkan risiko terjadinya anemia dan komplikasinya.
Salah satu usaha yang ditetapkan adalah pemeriksaan kehamilan secara rutin
(ANC/ Antenatal Care). Standart pemeriksaan minimal untuk ANC selama hamil
adalah 4 kali, yaitu 1x pada trimester I (sebelum 14 minggu), 1x
pada trimester II (antara minggu 14-28), dan 2x pada
trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke
36). Dalam pemeriksaan kehamilan di
lakukan standart 7 T yaitu : Timbang dan Tinggi badan, Tensi, Tinggi fundus
uteri, Suntik TT, Tablet tambah darah, Tes PMS dan temu Wicara. Selain
pelayanan Standart 7T, juga dilakukan pemeriksaan laboraturium, diantaranya
pemeriksaan Hb (hemoglobin).
Terdapat
berbagai macam cara untukk menetapkan kadar hemoglobin, tetapi yang sering di
kerjakan di laboraturium adalah yang berdasarkan kolorometrik visual, cara
sahli, dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin (hemoglobin sianida). (Gandosoebrata,
2003: 11-14). Cara yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara sahli. Bagi
petugas kesehatan, hal yang dilakukan untuk mencegah anemia ialah dengan
kunjungan rutin selama kehamilan (ANC) dan memeriksa Hb secara rutin yaitu
minimal pada Trimester I dan ke III serta memberi tablet tambah darah minimal
90 tablet selama masa kehamilan. Fungsi zat besi antara lain : untuk
pembentukan hemoglobin baru, untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normal
setelah terjadi perdarahan, untuk mengambil sejumlah kecil zat besi yang secara
konsisten di keluarkan tubuh terutama lewat urine, feses dan keringat, untuk
menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh, pada laktasi untuk sekresi
air susu (Budianto, 2002:61).
Dari Studi
awal yang dilakukan peneliti di Desa Mlaras, Kecamatan Sumobito, Kabupaten
Jombang pada bulan April 2010 terhadap 5 responden ibu hamil didapatkan bahwa
setelah ditanya tentang pemeriksaan Hb, di ketahui 2 orang sudah melakukan tes
Hb dan hasilnya normal (40%) serta ibu tersebut mengetahui untuk apa dilakukan
pemeriksaan golongan darah sedangkan 3
orang lainnya belum melakukan pemeriksaan (60%). Dari ke 5 responden tersebut
sudah mendapatkan Tablet Fe pada kehamilan ini. Dari pernyataan diatas, dapat
disimpulkan bahwa ibu hamil yang mempunyai pengetahuan cukup tentang
pemeriksaan Hemoglobin (Hb), akan melakukan pemeriksaan Hb dan hasilnya normal.
Sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang, tidak memeriksakan kadar
Hemoglobin (Hb) sehingga ibu tersebut tidak mengetahui bahwa ibu tersebut
anemia atau tidak.
Dari fenomena diatas, peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kejadian Anemia di Desa
Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) di Desa Mlaras Kecamatan
Sumobito Kabupaten Jombang?
1.2.2 Bagaimana Kejadian Anemia di Desa Mlaras
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang?
1.2.3 Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kejadian Anemia di
Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin (Hb) dengan Kejadian Anemia di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito
Kabupaten Jombang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar
Hemoglobin (Hb) di Desa Mlaras, Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
1.3.2.2 Mengidentifikasi Kejadian
Anemia di Desa Mlaras, Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
1.3.2.3 Menganalisis Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
(Hb) dengan Kejadian Anemia di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabuapaten
Jombang.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Institusi Penelitian
Sebagai wacana, referensi, serta
kepustakaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan sehingga dapat meningkatkan
wawasan di bidang penelitian.
1.4.2
Bagi Peneliti
Menambah wawasan dari teori yang telah
didapat dalam perkuliahan yang di publikasikan dalam bentuk penelitian dalam
masyarakat serta sebagai acuan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.3
Bagi Lahan Yang Diteliti
Dengan penelitian ini di harapkan dapat
meningkatkan program penyuluhan dan konseling petugas kesehatan terutama Bidan
tentang pemeriksaan hemoglobin pada ibu hamil.
1.5
Hipotesa Penelitian
H1 : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kejadian Anemia Di Desa
Mlaras Kecamatan Sumobito Jombang.
1.6
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesa Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari Konsep
Pengetahuan, Konsep Kehamilan, Konsep Hemoglobin, Konsep Dasar Anemia Karena
Kekurangan Zat Besi, Kerangka Konsep
BAB
III : METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari Desain Penelitian, Lokasi Dan Waktu
Penelitian, Populasi, Sampel, Sampling, Kriteria Sample, Identifikasi Variabel,
Definisi Operasional, Pengumpulan Data Dan Analisa Data, Teknik Pengolahan
Data, Alat Ukur, Etika Penelitian, Keterbatasan
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
dan Pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah
merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo 2003).
2.1.2
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
2.1.2.1 Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam
ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik
secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok (Sunaryo, 2004 : 11).
2.1.2.2 Umur
Umur adalah variable yang selalu
diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur (Notoajmodjo, 2003 : 15)
2.1.2.3 Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam
timbulnya penyakit melalui beberapa jalan. Penelitian mengenai hubungan jenis
pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit
kronis, misalnya : penyakit Jantung, tekanan darah tinggi, kanker (Notoajmodjo,
2003 : 17).
2.1.2.4 Informasi
Pengetahuan-pengetahuan yang di dapat dengan
memberikan informasi-informasi tentang cara-cara hidup sehat, cara pemeliharaan
kesehatan, cara-cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan menimbulkan
kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini
akan memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng
karena didasari pada kesadaran mereka sendiri (bukan karena pakasaan) (Notoajmodjo,
2003 : 145).
2.1.2.5 Minat
Dengan adanya pengetahuan yang tinggi dan
minat yang cukup terhadap sesuatu maka sangatlah mungkin seseorang tersebut
akan berperilaku sesuai dengan apa yang di harapkan.
2.1.2.6 Kebudayaan
Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip oleh
Soekanto (2001), “Ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir,
pergaulan, hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan.” Dalam arti
sempit, kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat, atau peradaban
manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia
itu (Sunaryo, 2004: 12).
2.1.2.7 Lingkungan
Lingkungan merupakan semua kondisi internal
dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang dan kelompok. lingkungan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi atau psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu
ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan, emosional, kepribadian) dan proses stressor biologis
(sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu (Notoajmodjo, 2003
: 9).
2.1.3
Tingkat Pengetahuan
Komponen
pengetahuan menurut Bloom yang dikutip Notoatmojo 2003 mencakup 6 tingkat
2.1.3.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, daan sebagainya.
2.1.3.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
2.1.3.3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menngunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
2.1.3.4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
2.1.3.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesa itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada.
2.1.3.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan criteria yang telah ada (Notoajmodjo, 2003 : 122).
2.1.4
Kriteria Pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan tersebut diatas. Kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat
pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik jika jawaban
responden dari kuesioner yang benar 76-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban
responden dari kuesioner yang benar 56-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban
responden dari kuesioner yang benar
<56 o:p="">56>
(Arikunto, 2005:342).
2.2
Konsep Dasar Kehamilan
2.2.1
Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah
masa dimulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu), dan
tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Winkjosastro, 2005:125).
Gambaran kehamilan
normal adalah keadaan ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk, ukuran
uterus sesuai usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laobaturium normal (Abdul
Bari S, 2004:N-1).
2.2.2
Tanda-Tanda Kehamilan
2.2.2.1 Tanda Presumsi
Kehamilan
a.
Amenore
b.
Kelemahan
dan keletihan
c.
Mual
dan muntah di pagi hari (Morning Sicknees)
d.
Sering
berkemih
e.
Payudara
terasa penuh
f.
Pembesaran
abdomen
g.
Perubahan
pada kulit (seperti strie gravidarum) dan pigmentasi (cloasma gravidarum, linea nigra).
2.2.2.2 Tanda
Kemungkinan Hamil
a.
Tanda
Hegar
b.
Tanda
Chadwick
c.
Tanda
piscaseck
d.
Tanda
Braxton-Hiks
e.
Pembesaran
rahim
f.
Ballotement
g.
Hasil
tes kehamilan positif
2.2.2.3 Tanda Pasti
Kehamilan
a.
Denyut
jantung janin
b.
Gerakan
janin
c.
Visualisasi
janin dengan alat teknik, seperti USG
(Bobak, 2005:143).
2.2.3
Perubahan Fisiologis Pada Saat Kehamilan
Pada kehamilan
terdapat perubahan pada seluruh tubuh wamita, khusunya pada alat genetalia
eksterna dan interna dan pada payudara (mamma). Dalam hal ini, hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron mempunyai peranan penting.
Perubahan yang
terdapat pada wanita hamil ialah antara lain sebagai berikut :
2.2.3.1 Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan
pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus ini menjadi 1000 gram dengan panjang lebih kurang 20 cm dan
dinding lebih kurang 2,5 cm.
2.2.3.2 Seviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan mengalami
perubahan akibat hormon estrogen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan
adanya hipervaskularisai, maka konsistensi serviks menjadi lunak.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi
lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan
cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan fisiologik.
2.2.3.3 Vagina dan vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan juga
akibat hormon estrogen. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vulva dan
vagina akan tampak kemerahan, agak kebiruan (lividae). Tanda ini disebut Tanda
Chadwick.
2.2.3.4 Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan indung telur
yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuk plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
2.2.3.5 Mamma
Mamma akan membesar akibat hormon
somatomammotropin, estrogen, progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air
susu. Papilla akan tampak membesar, lebih tegak, lebih hitam, seperti seluruh
areola mamae karena hyperpigmentasi.
2.2.3.6 Sirkulasi darah
Sirkulasi darah pada ibu dalam kehamilan
dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat-alat lain yang memang
berfungsi dalam kehamilan. Volume darah ibu selama kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidermia.
Volume darah bertambah banyak kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%
(Winkjosastro,
2005:89-96).
2.3
Konsep Dasar Pemeriksaan Hemoglobin
2.3.1
Pengertian Hemoglobin
Sel darah merah
merupakan sel yang paling banyak di bandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam
keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya keseluruh tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk
energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbondioksida, yang akan
diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru (Endah K ,
2010: 10).
Hemoglobin adalah
molekul protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah yang
membuat darah menjadi merah (Eko Budi Minarno, 2008 : 113).
Hemoglobin
mengandung bentuk ferro yang terdapat di dalam erytrosit (Djaeni, 2000:179).
2.3.2
Fungsi Hb
Fungsi Hb adalah
sebagai transportasi oksigen. Oksigen yang diisap oleh paru-paru akan
bersenyawa dengan Hb akan bersenyawa menjadi HbO2, yang kemudian
disalurkan oleh darah ke seluruh tubuh, dimana oksigen dilepaskan
kejaringan-jaringan yang memerlukan. Di dalam jaringan, Hb mengikat
karbondioksida (CO2) menjadi HbCO2 yang kemudian diangkut
ke paru-paru yang mengeluarkan CO2 itu melalui pernafasan. Mioglobin
berfungsi sebagai cadangan oksigen di dalam sel-sel otot. Yang menerima,
menyimpan, dan melepaskan oksigen bila otot itu bekerja (Eko Budi Minarno, 2008
: 114).
2.3.3
Komponen Hb
Zat besi merupakan
komponen yang paling penting dari Hb. Zat besi juga berfungsi dalam proses
oksidasi-reduksi dalam sel yang berhubungan dengan
pembentukan energi. Kekurangan zat besi menimbulkan penyakit defisiensi yang
disebut anemia defisiensi besi. Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb darah
kuarang dari kadar normal.
Tabel
2.1 Kadar Hb Normal Berbeda-Beda Untuk Setiap Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur
|
Kadar Hemoglobin
|
Anak balita
Anak usia sekolah
Wanita dewasa
Pria dewasa
Ibu hamil
Ibu menyusui
|
11 gram %
12 gram%
12 gram%
13 gram%
11 gram%
12 gram%
|
Pada wanita sehat yang memiliki cadangan zat besi, konsentrasi hemoglobin
rata-rata menurun dari 13,3 gr/dl pada keadaan tidak hamil menjadi 11 gr/dl di
awal kehamilan. Konsentrasi terendah terjadi pada usia gestasi 32 minggu saat
ekspansi volume plasma mencapai maksimal, kemudian meningkat sampai kira-kira
0,5 g/dl dan akhirnya mencapai 11 g/dl sekitar minggu ke 36 kehamilan. Anemia
dalam kehamilan didefinisikan sebagai hemoglobin yang kurang dari 11 g/dl pada
trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.
Istilah anemia fisiologis yang digunakan untuk mendefinisikan proses tersebut
merupakan istilah yang salah, oleh karena itu dianjurkan untuk tidak
menggunakan lagi istilah tersebut (Diane F & Margaret
A Coper, 2009: 190).
2.3.4
Penetapan Kadar Hb
Kadar Hemoglobin
darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Yang banyak digunakan dalam
laboraturium klinik adalah cara foto elektrik dan
kolorimetrik visual.
2.3.4.1 Cara Foto
elektrik : sianmethemoglobin
Hemoglobin darah
diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi
kaliumferrisianida dan kaliumsianida. Absorbsi larutan diukur pada gelombang
540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang di pakai cara ini mengubah
hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin menjadi
sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena tidak ikut diukur.
Cara ini sangat
bagus untuk laboraturium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin dengan teliti karena standar methemoglobin yang ditanggung kadarnya
bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian ini mencapai + 2 %.
2.3.4.2 Cara kolorimetrik visual : Sahli
Pada cara ini
hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi di
bandingkan secara visual dengan standart
dalam alat itu (Gandosoebrata, 2003).
Alat dan bahan
yang digunakan dalam pemeriksaan dengan menggunakan sahli :
a.
Hemoglobinometer (hemometer) sahli, terdiri dari :
1.
Gelas berwarna sebagai warna standart
2.
Tabung
hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai 22, skala merah untuk
hematokrit.
3.
Pengaduk dari gelas
4.
Pipet sahli
5.
Pipet Pasteur
6.
Kertas saring/ tissu/ kain kassa kering
b.
Reagen
1. Larutan HCl 0,1 N
2.
Aquades
Cara pemeriksaan dengan menggunakan sahli
:
a. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 n ke dalam
tabung pengencer hemometer.
b. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat)
dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 ul.
c. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah
luar ujung pipet dengan menggunakan kertas saring/ tissu.
d. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan
darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi HCl itu. Hati-hati
jangan sampai terjadi gelembung udara.
e. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap
asam HCl yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
yang masih tinggal dalam pipet.
f. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan
asam bersenyawa; warna campuran menjadi coklat tua.
g. Tambahkan aquadest setetes demi setetes,
tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran
dan batang standart harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan
HCl dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabungdiputar demikian
sehinggga garis bagi tidak terlihat.
h. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/
100ml darah.
Gambar 2.1 Alat dan Bahan Pemeriksaan Hb Sahli
1. 3.
Gambar 2.2 Prosedur Pemeriksaan Hb Sahli
2.4
Konsep Dasar Anemia Karena Kekurangan Zat
Besi
2.4.1
Pengertian Anemia Karena Kekurangan Zat Besi
Anemia karena
kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada di bawah normal,
yang disebabkan karena kekurangan besi (Endah K , 2010: 31).
Anemia yang paling
banyak terjadi adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan
bagian dari molekul hemoglobin. Oleh karena itu, ketika tubuh kekurangan zat
besi, produksi hemoglobin pun akan menurun.
Kebutuhan zat besi
pada wanita juga meningkat pada saat haamil dan melahirkan (Ikhsan S, 2009: 32).
2.4.2
Terjadinya Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Anemia karena
kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium.
Gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.
2.4.2.1 Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi asupannya,
sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang.
Kadar ferritin (protein yang menampung zat
besi) dalam darah berkurang secara progresif.
2.4.2.2 Stadium 2
Cadangan besi yang telah berkurang tidak
dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darh
merah yang dihasilkan jumlahnya sedikit.
2.4.2.3 Stadium 3
Mulai terjadi anemia. Pada stadium awal
ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar
hemoglobin dan hematokrit menurun.
2.4.2.4 Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan
kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel drah
merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia
karena kekurangan zat besi.
2.4.2.5 Stadium 5
Dengan semakin memburuknya kekurangan zat
besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala kerena kekurangan zat besi dan
gejala-gejala karena anemia semakin memburuk
(Endah
K , 2010: 32-33).
2.4.3
Penyebab Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Tubuh mendaur
ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi didalamnya
dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang
baru. Tubuh kehilangan sejumlah sejumlah besar zat besi hanya ketika sel darah
merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi. Kekurangan
zat besi merupakan salah satu penyebab terbanyak dari anemia dan satu-satunya
penyebab kekurangan zat besi pada dewasa adalah perdarahan. Makanan yang
mengandung sedikit zat besi bisa menyebabkan kekurangan pada bayi dan anak
kecil, yang memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhannya (Endah K ,
2010: 33-34).
2.4.4
Gejala Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi memiliki gejala
tersendiri, diantaranya adalah :
a. Pika : suatu keinginan memakan zat yang bukan
makanan, seperti es batu, kotoran atau
kanji
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti
sendok
(Endah K , 2010: 34).
2.4.5
Diagnosa Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Pemeriksaan darah
digunakan untuk mendiagnosis anemia. Biasanya penderita anemia di periksa untuk
mengetahui kekurangan zat besi. Kadar zat besi diukur dalam darah. Kadar zat
besi dan transferin (protein pengangkut yang berada diluar sel darah merah)
diukur dan dibandingkan. Jika kurang dari 10% transferin yang terisi dengan zat
besi, maka kemungkinan terjadi kekurangan zat besi.
Kadang diperlukan
pemeriksaan yang lebih mendetail untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan yang
paling khusus adalah dengan pemeriksaan sumsum tulang, dimana contoh dari sel
periksa dibawah mikroskop untuk menentukan kandungan zat besinya (Endah K,
2010: 35).
2.4.6
Penatalaksanaan
Pada tata cara
klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat perdarahan berlangsung
sudah berhasil dieliminasi, pengobatan diarahkan untuk mengganti defisit zat
besi dengan garam besi anorganik. Sesungguhnya, masalah defisiensi zat besi cukup diterapi dengan memberikan makanan yang cukup
mengandung zat besi. Namun, jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin
menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.
Karena itu, pengobatan suplemen zat besi, di samping itu tentu saja menambah
jumlah makanan yang kaya akan zat besi dan yang dapat menambah penyerapan zat
besi.
2.4.6.1 Preparat Tablet
Tablet zat besi
dalam bentuk ferro lebih mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang
banyak tersedia, mudah didapat dan murah, serta khasiatnya yang paling efektif
adalah ferro ssulfat, ferroglukonat, ferro fumarat.
Dosis pemberian
untuk remaja dan dewsa adalah 60 mg (anemia derajat ringan), dan 120 mg (anemia
derajat sedang sampai berat). Terhadap wanita hamil diasanya diberikan tablet
zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan.
Respon positif
terhadap pengobatan dapat dilihat dari peningkatan kadar Hb sebesar 0,1 gr/dl
sehari mulai dari hari kelima dan seterusnya. Dengan demikian, pemberian
sebanyak 30 gram zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin
paling sedikit sebesar 0,3 gr/dl/minggu (atau 10 hari). Secara global, respons
ini berdampak pada penurunan prevalensi anemia wanita hamil dan 73,7% pada
tahun 1980 menjadi 63,5% dan 50,9 masing-masing pada athun 1992 dan 1995.
Efek samping
tablet besi berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di
ulu hati, mual, muntah dan diare (terkadang konstipasi).
2.4.6.2 Preparat Parenteral
Preparat
perenteral baru boleh diberikan jika pasien tidak bisa menoleransi preparat
oral (misalnya, pemberian oral menyebabkan muntah hebat yang tidak dapat dihentikan dengan cara menurunkan dosis), atau
karena pada kasus-kasus ketidaktaatan.
Preparat
parenteral yang sering digunakan (dapat diberikan secara intramuskular (IM) atau intravena (IV)) adalah Imferon (iron dextran).
Manfaat pemberian secara IV adalah pemenuhan kebutuhan zat besi lengkap hanya
dalam satu dosis. Dosis yang dianjurkan untuk wanita hamil sebesar 500mg Fe dalam
10cc larutan garam fisiologis yang diberikan selama 10 menit setelah dusis uji
sebanya 1-2 tetes.
Dosis yang
diberikan secara intramuskular sebesar 100mg Fe dalam 2cc larutan garam
fisiologis. Pemberian IM sebaiknya dilakukan hanya jika tidak tersedia cukup
kemudahan untuk pemebrian IV. Preparat lainnya adalah Astrafer (dextriferron)
dan Jectofer (iron sorbitex)
(Arisman, 2007: 149-151).
2.4.7
Pencegahan
Sejauh ini, ada 4
pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi. Keempat pendekatan
tersebut adalah :
2.4.7.1 Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Wanita hamil
merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program suplemtasi.
Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu
tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 µg asam folat) yang dimakan selama paruh
kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat
tinggi.
2.4.7.2 Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya
dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan
Seperti telah
dibicarakan di depan, konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping
yang mengganggu sehinnga orang cenderung menolak tablet yag diberikan.
Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama
kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil
harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin
terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab
anemia adalah defisiensi zat besi.
2.4.7.3 Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang
efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini.
Tindakan yang penting sekali selama penyakit ialah mendidik keluarga penderita
tentang cara yang sehat selama dan sesudah sakit.
Pengawasan
penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat pencegahan, seperti: penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan.
2.4.7.4 Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi
makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti
pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu
cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Proses boleh ditargetkan
untuk merangkul beberapa atau seluruh kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat
yang dijadikan target harus (dilatih) dibiasakan mengkonsumsi makanan
Fortifikasi itu, serta harus memiliki kemampuan untuk mendapatkannya.
(Arisman, 2007: 151).
2.5
Konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kejadian
Anemia
Pengetahuan adalah
merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo 2003).
Pendidikan, secara luas
pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga
liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal
maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan
masalah perilaku individu maupun kelompok (Sunaryo, 2004 : 11).
Umur adalah variable
yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur (Notoajmodjo, 2003 : 15).
Jenis pekerjaan
dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan. Penelitian
mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis , misalnya : penyakit Jantung, tekanan
darah tinggi, kanker (Notoajmodjo, 2003 : 17).
Pengetahuan-pengetahuan
yang di dapat dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara hidup
sehat, cara pemeliharaan kesehatan cara-cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau
perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan waktu lama, tetapi perubahan
yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadran mereka
sendiri (bukan karena pakasaan) (Notoajmodjo, 2003 : 145).
Dengan adanya pengetahuan
yang tinggi dan minat yang cukup terhadap sesuatu maka sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang di harapkan.
Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip oleh
Soekanto (2001), “Ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir,
pergaulan, hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan.” Dalam arti
sempit, kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adapt istiadat, atau peradaban
manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu
(Sunaryo, 2004: 12).
Lingkungan merupakan semua kondisi internal
dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang dan kelompok. lingkungan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi atau psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu
ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan, emosional, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu
(Notoajmodjo, 2003 : 9).
Kadar Hemoglobin
darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Yang banyak digunakan dalam
laboraturium klinik adalah cara foto elektrik dan
kolorimetrik visual (Gandosoebrata, 2003).
Anemia yang paling
banyak terjadi adalah anemia akibat kekerangan zat besi. Zat besi merupakan
bagian dari molekul hemoglobin. Oleh karena itu, ketika tubuh kekurangan zat
besi, produksi hemoglobin pun akan menurun.
Kebutuhan zat besi
pada wanita juga meningkat pada saat haamil dan melahirkan (Ikhsan S, 2009: 32).
Semakin tinggi
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin
(Hb), maka kejadian anemia selama kehamilan dapat diatasi dengan cepat dan
tepat.
2.6
Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari
suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu yang menjelaskan keterikatannya antar variabel (baik yang
variabel yang diteliti maupun tidak) (Nursalam, 2003 : 25).
Gambar
2.3 Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hb dengan Kejadian
Anemia
Keterangan
:
: Diteliti
: Tidak
Diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Notoatmojdo, 2005 : 19).
Dalam bab ini menjelaskan tentang desain
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel, sampling, kriteria
sample, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan
analisa data, teknik pengolahan data, alat ukur, etika penelitian,
keterbatasan.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan hasil akhir
dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana
suatu penelitian bisa diterapkan. Desain penelitian adalah merupakan hasil
akhir dari suatu keputusan yang dibuat berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2003 : 80).
Metode analitik yaitu
penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Notoatmodjo,
2005 : 26) dan pendekatan Cross Sectional artinya setiap objek
penelitian hanya berobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakteristik atau variable subyek pada saat pemeriksaan, pengumpulan
data untuk jenis penelitian ini baik untuk variable sebab (variable
independent) maupun variable akibat (variable dependent) dilakukan secara
sekaligus (Notoatmodjo, 2005 : 27).
Dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui atau mengukur Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hb dengan Kejadian
Anemia Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Jombang. Dalam penelitian ini
menggunakan metode analitik dan menggunakan pendekatan Cross Sectiona
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Mlaras Sumobito Jombang.
3.2.2
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari – Juni 2010.
3.3
Populasi, Sample, Sampling
3.3.1
Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang telah
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93).
Populasi dalam
penelitian ini adalah 20 ibu hamil di Desa Mlaras.
3.3.2
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2005 : 74).
Sampel yang diambil adalah 20 ibu hamil di Desa Mlaras.
3.3.3
Sampling
Sampling adalah suatu cara atau teknik
tertentu yang digunakan untuk pengambilan sampel, sehingga sampel tersebut sedapat
mungkin mewakili populasi (Notoatmojdo, 2005 : 79).
Teknik Probability Sampling adalah bahwa setiap subyek dalam populasi
mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel
(Nursalam, 2003: 93).
Teknik Stratified Random Sampling digunakan apabila suatu populasi terdiri
dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen
(Notoatmojdo, 2005 : 86).
Dalam penelitian
ini menggunakan Teknik Probability
Sampling dengan Teknik Stratified
Random Sampling.
3.4
Kriteria Sample
Kriteria
sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variable-variable (kontrol atau perancu) yang ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variable yang kita teliti (Nursalam, 2003 : 96).
3.4.1
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum
subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2003 : 96).
Kriteria inklusi dari penelitian ini
adalah :
Seluruh ibu hamil yang pernah atau belum
pernah memeriksakan kadar hemoglobin (Hb) selama kehamilan ini di Desa Mlaras
Kecamatan Mlaras Kabupaten Jombang.
3.5 Identifikasi Variable
Variable mengandung pengertian ukuran
atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda yang dimiliki
oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variable adalah sesuatu
yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkannya
oleh satuan penelitian suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005 : 70).
3.5.1
Variabel Independent
Variabel
independent adalah faktor yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi
variable dependent (Nursalam, 2003 : 102). Dalam penelitian ini variable
independent adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
kadar Hb.
3.5.2
Variabel Dependent
Variable dependent adalah suatu obyek
penelitian atau yang menjadi perhatian suatu penelitian (Nursalam, 2003 : 102).
Dalam penelitian ini variable dependent adalah kejadian anemia.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasinal adalah definisi
yang berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu didefinisikan tersebut
dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemudian yang
dapat diulangi oleh orang lain (Nursalam dan Pariani, 2001 : 44).
Table
3.1 Definisi operasional Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hb dengan
Kejadian Anemia Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Jombang
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Skala
|
Skor
|
Independent
:
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
hamil tentang pentingnya pemeriksaankadar Hb
|
Segala apa yang
diketahui ibu hamil tentang pemeriksaan kadar Hb
-
Pengertian
Hb
-
Fungsi
Hb
-
Pemeriksaan
kadar Hb
-
Nilai
kadar Hb normal
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Benar : 1
Salah : 0
Kriteria:
-Baik 76- 100%
-Cukup56-75%
-Kurang <56 o:p="">56>
|
Dependent :
Kejadian Anemia
Suatu Keadaan
dimana jumlah sel darah merah dan hemoglobin berada di bawah keadaan normal
(<11 5l="" anemia="" cara="" dan="" dengan="" dilakukan="" dl="" emah="" gr="" hb="" lalai="" lesu="" letih="" lunglai="" menggunakan="" menunjukkan="" o:p="" pemeriksaan="" sahli="" setelah="" tanda="" yaitu="">11>
Hb Sahli
Nominal
Anemia
·
TM
I dan TM III < 11 gr/dl
·
TM
II < 10,5 gr/dl
Tidak anemia
·
TM
I dan TM III >11 gr/dl
·
TM
II>10,5 gr/dl
3.7 Pengumpulan Data dan
Analisa Data
3.7.1
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan
kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2003 : 109).
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung diinformasikan pada saat melakukan penyebaran
kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan atau hasil pemeriksaan.
3.7.2
Analisa data
3.7.2.1
Analisa Univariat
Menganalisa data
dari setiap variable, yaitu variable independent tentang tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb).
Setelah dikumpulkan melalui angket
kuesioner, dilakukan pemberian skor dalam penelitian dengan nilai jika benar 1
dan 0 jika salah, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
N :
Nilai yang didapat
SP :
Skor yang didapat
SM :
Skor maksimum
Setelah sampai pada hasil prosentase,
kemudian diinterpretasikan dengan kriteria kualitatif sebagai berikut
a. Bila hasil 76 – 100 % : Baik
b. Bila hasil 56 – 76 % : Cukup
c. Bila hasil < 56 % : Kurang
(Budiarto, 2002).
Variabel Dependent
dalam penelitian ini adalah kejadian anemia dengan kriteria :
a. Anemia
1) Pada Trimester I dan Trimester III < 11
gr/dl
2) Pada Trimester II < 10,5 gr/dl
b. Tidak Anemia
1) Pada Trimester I dan Trimester III >
11 gr/dl
2) Pada Trimester II > 10,5 gr/dl
3.7.2.2 Analisa Bivariat
Setelah
dikumpulkan melalui kuesioner, maka akan dilakukan pengolahan hasil dalam bentuk
prosentase, selanjutnya untuk mengetahui hubungan dengan menggunakan uji Mann
Withney dan menggunakan progam statistic SPSS, uji dilakukan dengan taraf
signifikan α < 0,05 yang berarti jika α > 0,05 H0 diterima H1 ditolak,
tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kadar Hb dengan kejadian anemia dan α < 0,05 H0
ditolak artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kadar Hb dengan kejadian anemia.
3.8
Teknik Pengelolahan Data
Setelah data
terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data, kegiatan dalam pengolahan data
meliputi :
3.8.1
Editing
Editing adalah
memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan kultur atau
buku register (Budiarto, 2001 : 24).
Dalam penelitian
ini, peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner, kejelasan makna jawaban dan
kesesuaian jawaban.
3.8.2
Coding
Coding adalah
tahap dimana penelitian memberi kode pada setiap katagori yang dalam varibel
(Budiarto, 2001 : 30).
Dalam penelitian ini, menggunakan kode
pada setiap kategori.
1. Data Umum
a. No Responden
Responden
nomer 1 : R1
Responden
nomer 2 : R2
Dan
seterusnya
b. Pendidikan Terakhir
SD : P1
SMP : P2
SMA : P3
Perguruan
Tinggi : P4
c. Umur Kehamilan
Trimester
I : T1
Trimester
II : T2
Trimester
III : T3
3.8.3
Skoring
Diberikan skor
pada setiap item lembar kuesioner dimana jika jawabann benar 1 dan jika salah
nilainya 0 (Arikunto, 2006 : 236).
Dalam penelitian
ini, jika jawaban benar nilainya 1 dan jika salah nilainya 0.
3.8.4
Tabulasi
Tabulasi adalah
pekerjaan menyusun tabel mulai dari penyusunan tabel utama yang berisi seluruh
data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai
dengan tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan betul
dan isinya sesuai dengan tujuan penelitian, setelah terbentuk tulisan
(Nursalam, 2003 : 94).
Dalam penelitian
ini, tabulasi data dilakukan dari menyusun tabel yang berisi seluruh data yang
berhasil dikumpulkan sampai menyusun data khusus, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Keterangan :
N :
Nilai yang didapat
SP :
Skor yang didapat
SM :
Skor maksimum
Setelah sampai pada hasil prosentase,
kemudian diinterpretasikan dengan kriteria kualitatif sebagai berikut
d. Bila hasil 76 – 100 % : Baik
e. Bila hasil 56 – 76 % : Cukup
f. Bila hasil < 56 % : Kurang
3.9
Alat Ukur
Kuesioner close
ended yang terdiri dari pertanyaan yang menyediakan beberapa jawaban
alternatif dan responden hanya memilih satu diantaranya dengan pendapatnya ini
disebut multiple chois (Notoatmojdo, 2002 : 125).
Dalam penelitian ini alat yang digunakan
adalah bentuk kuesioner. Kuesioner ini digunakan peneliti adalah kuesiner close ended untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kadar Hb dengan kejadian
anemia.
3.10
Etika Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini harus ijin pada pihak yang terkait selain itu baru disebarkan
pada responden yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang diteliti
meliputi :
3.10.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan
yang diberikan pada subyek yang akan diteliti, peneliti menjelasakan maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data jika subyek menolak untuk diteliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya (Nursalam dan Pariani, 2001 : 172).
3.10.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga
kerahasian responden peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data cukup dengan memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.
3.10.3 Confidenciality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan
informasi responden dijamin oleh penulis hanya kelompok data tertentu saja yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
3.11
Keterbatasan
Keterbatasan
merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian, keterbatasan dalam
penelitian yang dihadapi oleh peneliti adalah :
3.11.1 Sampel atau Desain
Sampel yang diambil terbatas pada ibu
hamil di Desa Mlras.
3.11.2 Instrumen atau Alat Ukur
Pengumpulan data
dengan kuesioner yang memiliki jawaban lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan
harapan-harapan pribadi yang bersifat subyektif. Sehingga
hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil
penelitian yang dilaksanakan di Desa Mlaras pada tanggal 10 sampai 16 Mei 2010
dengan 20 responden. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data
umum dan data khusus. Dalam data umum dimuat karakteristik responden
berdasarkan umur, pendidikan terakhir, informasi dan sumber informasi. Sedangkan
data khusus terdiri dari tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kadar hemoglobin, kejadian anemia, dan hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin dengan kejadian anemia.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel :
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Data Umum
4.1.1.1 Karakteristik
Responden Berdasarkan Umur
Tabel
4.1 Daftar Distribusi Responden Menurut
Umur Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Umur
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
< 20 Tahun
20-35 Tahun
> 35 Tahun
|
4
15
1
|
20
75
5
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 4.1 dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 20
sampai 35 tahun sebanyak 15 responden (75%).
4.1.1.2 Karakteristik
Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel
4.2 Daftar Distribusi Responden Menurut
Pendidikan Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Pendidikan
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi
|
7
8
4
1
|
35
40
20
5
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.2 dapat menujukkan bahwa hampir setengah dari responden berpendidikan
SMP sebanyak 8 orang (40%).
4.1.1.3 Karakteristik
Responden Berdasarkan Informasi
Tabel
4.3 Daftar Distribusi Responden Menurut
Informasi Yang Didapat Tentang Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Di Desa Mlaras
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Informasi
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
|
19
1
0
|
95
5
0
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.3 dapat menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sudah mendapatkan
informasi tentang pemeriksaan kadar hemoglobin sebanya 19 responden (95%).
4.1.1.4 Karakteristik
Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Tabel
4.4 Daftar Distribusi Responden Menurut
Sumber Informasi Tentang Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Di Desa Mlaras Kecamatan
Sumobito Kabupaten Jombang
Sumber Informasi
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
Tenaga
Kesehatan
Televisi/Radio
Koran/Media
Cetak
|
19
0
0
|
100
0
0
|
Jumlah
|
19
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.4 dapat menunjukkan bahwa seluruh responden mendapatkan informasi
tentang pemeriksaan kadar hemoglobin dari tenaga kesehatan sebanyak 19 orang
(100%).
4.1.1.5 Karakteristik
Responden Berdasarkan Melakukan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Tabel
4.5 Daftar Distribusi Responden Menurut
Pernah Atau Tidaknya Melakukan Pemeriksakan Kadar Hemoglobin Di Desa Mlaras
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Pemeriksaan
Hemoglobin
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
Pernah
Tidak pernah
Tidak Sama
Sekali
|
14
6
0
|
70
30
0
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.5 dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah melakukan
pemeriksaan kadar hemoglobin sebanyak 14 responden (70%).
4.1.1.6 Karakteristik
Responden Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Tabel
4.6 Daftar Distribusi Responden Menurut
Frekuensi Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito
Kabupaten Jombang
Frekuensi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1 Kali
2 Kali
3 Kali
|
13
1
0
|
93
7
0
|
Jumlah
|
14
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.6 dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan
pemeriksaan kadar hemoglobin 1 kali selama hamil sebanyak 13 responden (93%).
4.1.2
Data Khusus
4.1.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Tabel
4.7 Daftar Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Di Desa
Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Tingkat Pengetahuan
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
10
7
3
|
50
35
15
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari
setengah dari jumlah responden memiliki pengetahuan yang baik tentang
pemeriksaan kadar hemoglobin sebanyak 10 responden (50%).
4.1.2.2 Kejadian Anemia
Tabel
4.8 Daftar Distribusi Frekuensi
Responden Yang Mengalami Anemia Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten
Jombang
Kejadian anemia
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
Anemia
Tidak anemia
|
10
10
|
50
50
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.8 dapat menunjukkan bahwa
setengah dari jumlah responden mengalami anemia sebanyak 10 responden (50%).
4.1.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan Kejadian Anemia
Tabel
4.9 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan
Kejadian Anemia Di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
|
Kejadian
Anemia
|
|||||
Anemia
|
Tidak Anemia
|
Total
|
||||
Jumlah
|
Prosentase
(%)
|
Jumlah
|
Prosentase
(%)
|
Jumlah
|
Prosentase (%)
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
1
6
3
|
10
85,7
100
|
9
1
0
|
90
14,3
0
|
10
7
3
|
100
100
100
|
Jumlah
|
10
|
50
|
10
|
50
|
20
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.9 didapatkan bahwa dari 10 responden yang memiliki pengetahuan baik, 1
responden (10%) mengalami anemia dan 9
responden (90%) tidak mengalami anemia. Dari 7 responden yang berpengetahuan
cukup, 6 responden (85,7%) mengalami anemia dan 1 responden (14,3%) tidak
mengalami anemia. Sedangkan 3 responden (100%) yang memiliki pengetahuan
kurang, semuanya mengalami anemia.
Berdasarkan hasil uji Mann
Withney dengan SPSS For Windows 11.5 didapatkan bahwa z hitung lebih
kecil daripada z tabel yaitu, -3,442 < -1,96, artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan hemoglobin dengan kejadian
anemia (hasil uji statistik lihat lampiran).
4.2
Pembahasan
Dari hasil
hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
hemoglobin dengan kejadian anemia di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten
Jombang tahun 2010, maka sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
pada Bab I. Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai :
4.2.1
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Nursalam,
2003). Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan
tabel 4.2 dapat menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah responden
berpendidikan SMP sebanyak 8 responden (40%).
Rendahnya pendidikan
akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang masuk
apalagi informasi yang baru dikenal reponden termasuk perihal pemeriksaaan
kadar hemoglobin. Selain itu,
tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan ibu hamil terhadap
sesuatu dari luar.
Pengetahuan
juga dipengaruhi oleh usia. Usia adalah umur yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang untuk berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan
tabel 4.1 dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden beusia 20-35 tahun
sebanyak 15 responden (75%).
Umur yang
sudah matang akan mudah menerima informasi yang datangnya dari luar karena
bertambahnya umur seseorang akan mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang
dalam menerima informasi.
Selain itu,
pengetahuan juga dipengaruhi informasi yang di dapatkan oleh responden.Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kartono (2006) bahwa informasi dapat diperoleh
dirumah, disekolah, dilembaga organisasi, media cetak, dan tempat pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan
tabel 4.3 dapat menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan
informasi tentang pemeriksaan hemoglobin sebanyak 19 responden (95%).
Informasi
yang didapat seseorang akan mengubah seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu dan mengerti sehingga mereka akan bersikap seseuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, mereka
akan lebih bersikap dan berperilaku dengan baik daripada orang yang
berpengetahuan lebih rendah atau orang yang tidak berpengetahuan sama sekali.
Berdasarkan
tabel 4.7 diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan kriteria baik sebanyak 10 responden (50%), cukup
sebanyak 7 responden (35%), dan kurang sebanyak 3 responden (15%).
Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu hamil di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito
Kabupaten Jombang adalah baik. Hal ini ditunjukkan bahwa setengah dari jumlah
responden sebanyak 10 orang (50%) memiliki pengetahuan baik.
Berdasarkan
dari data diatas, ada kesamaan antara teori dan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap tingkat pengetahuan bu hamil di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito
Kabupaten Jombang adalah baik.
Peran bidan
sangat penting guna meningkatkan pengetahuan melalui peningkatan mutu pelayanan
dan melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan ibu dan dan anak, khususnya ibu
hamil dan tentang pemeriksaan kadar hemoglobin. Pengetahuan yang baik akan
menciptakan kesadaran pada tiap orang sehingga tercipta perilaku yang baik
pula.
4.2.2
Kejadian Anemia
Anemia karena
kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada di bawah normal,
yang disebabkan karena kekurangan besi (Endah K , 2010: 31).
Berdasarkan tabel
4.8 dapat menunjukkan bahwa setengah dari jumlah responden mengalami anemia
sebanyak 10 responden (50%).
Peran bidan sangat penting untuk menurunkan
risiko terjadinya anemia dan komplikasinya. Salah satu usaha yang ditetapkan
adalah pemeriksaan kehamilan secara rutin (ANC/ Antenatal Care). Standart pemeriksaan
minimal untuk ANC selama hamil adalah 4 kali, yaitu 1x pada trimester I (sebelum 14 minggu), 1x pada trimester II (antara minggu 14-28), dan 2x pada trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36). Dalam pemeriksaan kehamilan di lakukan
standart 7 T yaitu : Timbang dan Tinggi badan, Tensi, Tinggi fundus uteri,
Suntik TT, Tablet tambah darah, Tes PMS dan temu Wicara. Selain pelayanan
Standart 7T, juga dilakukan pemeriksaan laboraturium, diantaranya pemeriksaan
Hb (hemoglobin) untuk mengetahui kadar hemoglobin.
4.2.3
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Pentingnya Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan tabel
4.9 dan hasil uji Mann Withney dengan menggunakan SPSS For Windows
11.5, pada taraf kesalahan 5 % dan nilai α < 0,05. Dengan z hitung lebih
kecil daripada z tabel yaitu, -3,442 < -1,96, artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan hemoglobin dengan kejadian
anemia di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
Pengetahuan adalah
merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo 2003).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : pendidikan, usia, pekerjaan,
informasi, minat, kebudayaan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan-pengetahuan
yang di dapat dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara hidup
sehat, cara pemeliharaan kesehatanm cara-cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau
perubahan perilaku dengan cara ini akan memekan waktu lama, tetapi perubahan
yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadran mereka
sendiri (bukan karena pakasaan) (Notoajmodjo, 2003 : 145).
Pengetahuan
yang kurang tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin maka akan terjadi
anemia. Sebaliknya jika pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin
baik, maka responden tidak mengalami anemia.
Berdasarkan
tabel 4.2 dapat menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden berpendidikan
SMP sebanyak 8 orang (40%).
Pendidikan
diperoleh melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu
tertentu, tempat tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari
bimbingan yang diselenggarakan sewaktu-waktu dengan maksud mempertinggi
kemampuan atau keterampilan khusus.
Pendidikan
tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin selama kehamilan merupakan
suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang anemia dalam
kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kejadian anemia dalam kehamilan.
Berpedoman pada tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin meningkatnya
pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk, semakin membantu kemudahan
pembinaan akan pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin guna menurunkan angka
kejadian anemia pada ibu hamil.
Tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan
tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan
rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.
Anemia dalam
kehamilan didefinisikan sebagai hemoglobin yang kurang dari 11 g/dl pada
trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua
(Diane F & Margaret A Coper, 2009: 190). Apabila pada pemeriksaan
kehamilannya hanya Hb yang di periksa dan Hb kurang dari 10 g/ 100ml, maka
wanita dapat dianggap menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun
yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan ialah anemia defisiensi
besi. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi bayi dan ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
penyakit dapat timbul akibat anemia, seperti: abortus, partus prematurus,
partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri,
syok, onfeksi baik intrapartum maupun post partum, anemia yang sangat berat
dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis, seperti
dilaporkan oleh Lie-Injo Luang Eng, dkk. Juga hasil konsepsi anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian mudigah, kematian
perinatal, prematurus, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi kurang. Anemia
dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan
anak (Winkjosastro, 2005: 450).
Berdasarkan
tabel 4.8 dapat menunjukkan bahwa setengah dari jumlah responden mengalami
anemia sebanyak 10 responden (50%).
Berdasarkan
tabel 4.9 didapatkan bahwa dari 10 responden yang memiliki pengetahuan baik, 1
responden (10%) mengalami anemia dan 9
responden (90%) tidak mengalami anemia. Dari 7 responden yang berpengetahuan cukup,
6 responden (85,7%) mengalami anemia dan 1 responden (14,3%) tidak mengalami
anemia. Sedangkan 3 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang, semuanya
mengalami anemia.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan hasil
penelitian yang telah dilakukan sehingga ada hubungan tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin dengan kejadian anemia.
Peran petugas
kesehatan terutama bidang sangat penting untuk menurunkan angka kejadian anemia
yang terjadi terutama pada ibu hamil melalui peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Para bidan bisa menerapkan kelas ibu hamil yang diadakan setip bulan
sehingga informasi tentang masalah kehamilan dapat tersampaikan secara maksimal
dan pelayanan kebidanan dapat terlaksana secara maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian di Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Jombang dapat disimpulkan
bahwa:
1. Setengah dari jumlah ibu hamil memiliki
pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin (50%).
2. Setengah dari jumlah ibu hamil mengalami
anemia (50%).
3. Berdasarkan hasil uji Mann Withney ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
hemoglobin dengan kejadian anemia (-3,442<-1 span="">-1>
5.2 Saran
5.2.1
Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi
pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran pada mahasiswa tentang
pemeriksaan kadar hemoglobin sehingga mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuannya dan dapat melakukan pemeriksaan hemoglobin dengan cepat dan
tepat.
5.2.2
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti
selanjutnya diharapkan meneliti hubungan lebih lanjut tentang faktor-faktor
lain yang dapat menyebabkan anemia sehingga kejadian anemia dapat dicegah dan
ditekan.
5.2.3
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan tenaga
kesehatan terutama bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan
anak khususnya ibu hamil melalui kelas ibu hamil sehingga bidan bisa memberi
penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kadar hemoglobin selama kehamilan,
sehingga kejadian anemia dapat ditekan.
Label:
Contoh KTI
0 komentar:
Posting Komentar