BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era
globalisai yang semakin maju diharapkan bangsa indonesia dapat menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dalam bidang kesehatan bayi
dan anak, pemberian asuhan kesehatan pada anak yang tidak terpecahkan dari keluarga
dan masyarakat, berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah peranan ayah, peranan ibu, peranan anak dimana
fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya adalah asah, asih, asuh sehingga
dibutuhkan peranan ibu dalam pengasuhan dan perawatan yang baik untuk bayinya. Kebanyakan perawatan
neonatal yang dialami masyarakat adalah kurangnya pengetahuan dalam perawatan BBL terutama didaerah desa pelosok. Banyak dijumpai ibu
yang baru melahirkan dengan perawatan bayi yang tradisional serta pendidikan
dan tingkat sosial ekonominya yang masih rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan wanita, suami, dan keluarga tentang pentingnya pelayanan neonatal (Depkes RI, 2007).
Merawat bayi merupakan hal yang gampang-gampang susah, namun walaupun begitu tetap
membutuhkan pengetahuan tentang cara perawatan bayi baru lahir. Khususnya calon
ibu yang mau memiliki anak pertamanya, karena perawatan yang salah bisa
menyebabkan dampak negative bagi bayinya. Banyak factor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang diantaranya
usia, pendidikan, pekerjaan, minat, lingkungan, pengalaman, dan informasi.
Dizaman yang serba canggih dengan teknologi ini, setiap calon ibu bisa
memperoleh informasi tentang perawatan bayi baru lahir melalui majalah, Koran,
media elektronik, dan internet tentang perawatan bayi baru lahir, sehingga
setiap ibu yang akan mempunyai anak pertama kali sudah siap ketika bayinya
sudah lahir.
Hipotermi merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas pada neonatal, untuk menurunkan kejadian hipotermi diharapkan
ibu nifas mewaspadai tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir apabila terdapat
tanda tersebut orang tua segera membawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Berdasarkan
data dinkes kabupaten madiun AKB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sampai
september 2009, dari jumlah 5.097 kelahiran bayi, sedikitnya 57 diantaranya
meninggal dunia atau 1,13% per 1000 KH, pada tahun 2006 sebanyak 27 bayi yang
dilahirkan meninggal, tahun 2007 Sebanyak 44 bayi yang dilahirkan meninggal, tahun
2008 meningkat 84 bayi Faktor yang menyebabkan peningkatan kematian neonatal
kelompok umur 0-7 hari terrtinggi adalah premature dan BBLR (35%), Kemudian
Asfiksia (33,6%) yang secara tidak langsung paling banyak disebabkan hipotermi
dan bilirubin tinggi dengan komplikasi pneumoni, pendarahan intrakanial dan
hipoglikemia. Sedangkan penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28
hari, tertinggi
adalah infeksi (57,1%) (termasuk tetanus sepsis, pneumoni, diare) kemudian feeding problem. (titin@litbang,depkes.go.id,2009)
Data yang
diperoleh dari RSAB Muslimat
Jombang pada tahun 2008 bayi
lahir dengan BBLR dan mengalami hipotermi sebanyak 152 dari 1.075 kelahiran
bayi, tahun 2009 meningkat menjadi 157 bayi lahir dengan BBLR dan mengalami hipotermi dari 1.051 kelahiran
bayi.
Berdasarkan
study pendahuluan di RSAB Muslimat Jombang secara penyebaran kuesioner dari 10
ibu nifas primi para didapatkan bahwa 80% responden tingkat
pengetahuannya kurang tentang
perawatan BBL dan hipotermi, dan 20% responden tingkat pengetahuannya
baik tentang perawatan BBL dan hipotermi.
Kondisi yang
seperti ini Petugas kesehatan terutama bidan sangat penting, untuk memberikan
informasi yang lengkap, jelas, dan berkelanjutan tentang perawatan bayi baru
lahir agar tetap hangat dan kering,
dengan informasi tersebut para ibu dan juga keluarga bisa melakukan perawatan
pada bayi baru lahir dengan benar, sehingga bisa meningkatkan kesehatan pada
bayi dan bisa menurunkan angka kematian bayi. informasi ini tidak hanya
diberikan pada ibu nifas saja tetapi harus melibatkan suami, keluarga, kader, dukun
bayi dan petugas kesehatan yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan menjaga
kehangatan bayi.
Menurut
uraian di atas maka peneliti berminat untuk meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Paritas I Tentang Peranan
Perawatan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Hipotermi”
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir
di RSAB Muslimat jombang 2010?
1.2.2
Bagaimana
kejadian hipotermi di RSAB
Muslimat Jombang 2010?
1.2.3
Adakah
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan
kejadian hipotermi di RSAB Muslimat Jombang 2010?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan
kejadian hipotermi di RSAB Muslimat Jombang
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir di RSAB
Muslimat Jombang
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian hipotermi di RSAB Muslimat Jombang.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan
ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir
terhadap kejadian hipotermi di RSAB Muslimat Jombang.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Institusi Pendidikan
Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan pengetahuan serta informasi dan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
1.4.2
Bagi Peneliti
Dapat memperoleh pengalaman secara
langsung sekaligus sebagai pegangan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama
ini, serta menambah wawasan tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu Nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir
terhadap kejadian hipotermi.
1.4.3
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat dijadikan masukan, bisa
diterapkan bagi RS sehingga petugas kesehatan lebih kompeten dalam menangani bayi
baru lahir dengan cara mengikuti pelatihan dan bisa meningkatkan pengetahuan
ibu nifas khusunya primipara dalam hal perawatan bayi baru lahir.
1.5
Hipotesis
H1 : Ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru
lahir dengan kejadian hipotermi.
1.6
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi : Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,Sistematika Penelitian,
hipotesis
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi : Konsep Pengetahuan,
Konsep nifas, Konsep paritas, konsep bayi baru lahir, konsep hipotermi, konsep hubungan tingkat pengetahuan
dengan kejadian hipotermi, Kerangka Konseptual
BAB
III : METODE PENELITIAN
Meliputi : Desain penelitian,
Populasi, Sample dan Sampling, Identifikasi Variabel, Definisi Operasional,
Lokasi, dan Waktu Penelitian, Pengumpulan Data dan analisa Data, Teknik
Pengolahan Data, Instrumen, Etika Penelitian, Keterbatasan
BAB
IV : HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian,
Pembahasan.
BAB
V : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1
Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003 : hal 3).
2.1.2
Tingkatan
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :
2.1.2.1
Tahu (Know)
Tahu merupakan mengingatkan kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Orang tahu yang
dipelajari bila mampu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
sebagainya.
2.1.2.2
Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap
obyek yang dipelajari.
2.1.2.3
Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
2.1.2.4
Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan
menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan
analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan
(menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
2.1.2.5
Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
2.1.2.6
Evaluasi (Evalution)
Berkaitan dengan
kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau
obyek. Evaluasi meliputi kata kerja, membandingkan, menanggapi dan menafsirkan (Notoadmodjo,
2003 : hal 83-84).
2.1.3
Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2003) pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran yaitu :
2.1.3.1
Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis atau logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
2.1.3.2
Cara Coba-Coba Salah (Trial and Error)
Cara paling tradisional yang pernah digunakan manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang
lebih dikenal “Trial and Error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum
adanya kebudayaan dan bahkan sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang
apabila menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan
cara coba-coba saja. Cara ini dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula maka dicoba
kembali dengan kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah ini terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara-cara ini
disebut metode coba-salah / coba-coba (Notoadmodjo, 2003:hal 11-12).
2.1.3.3
Cara Kekuasaan atau Otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi yang dilakukan orang tua tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun
dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya mengapa harus ada upacara
selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu menyusui harus minum jamu,
mengapa anak tidak boleh makan telur dan sebagainya. Kebiasaan seperti ini
tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi
pada masyarakat modern.
Sumber pengetahuan
tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintah, prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan
masa lalu.
2.1.3.4 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapkan pada masa lalu.
2.1.3.5
Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui penyataan-pernyataan khusus kepada yang umum
dinamakan insuksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.
2.1.3.6 Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan.
Cara ini disebut ‘metode
penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metode penelitian. Cara ini
mula-mula dikembangkan oleh Franseus bacon (1561-1626) kemudian dikembangkan
oleh Deobold van Dallien, yang akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa
ini kita kenal sebagai metode penelitian ilmiah.
2.1.4
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan adalah :
2.1.4.1
Usia
Dengan
bertambahnya usia maka tingkat perkembangan akan berkembang sesuai pengetahuan
yang pernah didapat juga dari pengalaman sendiri.
2.1.4.2
Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar berpengaruh
terhadap pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi pengetahuannya akan
berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah.
2.1.4.3
Lingkungan.
Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas
maka pengetahuannya akan lebih baik dari pada orang yang hidup di lingkungan
yang berpikiran sempit.
2.1.4.4
Intelegensi
Pengetahuan yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah
pengetahuan intelegen dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah
dalam mengambil keputusan. Seseorang yang mempunyai intelegensia yang rendah
akan bertingkah laku lambat dalam pengambilan keputusan.
2.1.4.5
Pekerjaan
Seseorang yang bekerja, pengetahuannya akan lebih luas
dibanding dengan seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang
akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.
2.1.4.6
Minat
Minat diartikan sebagai sesuatu kecenderungan atau keinginan
yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung
dengan minat yang cukup seseorang sangatlah mungkin akan mendorong seseorang
tersebut berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan (Saifudin Azwar, 2002:
42).
2.1.4.7
Pengalaman
Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek
psikologis cenderung akan membentuk sikap negative terhadap obyek tersebut.
Untuk dapat menjadi dasar pembentuk sikap, pengalamn pribadi haruslah
meningkatkan kesan yang kuat (Saifudin azwar, 2002 : 42).
2.1.4.8
Informasi
Informasi merupakan keseluruhan makna dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberi
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti dibawa oleh
informasi tersebut. Apabila cukup bertahan memberi dasar efektifitas dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuknya arah sikap tertentu. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku biasanya menggunakan media massa
(Saifuddin Azwar, 2002 : 43).
2.2
Konsep Dasar
Nifas
2.2.1
Pengertian
Nifas atau
puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduktif
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu 6 minggu. Proses
perubahan pada organ-organ reprodukif disebut involusi (Sarwono Prawirohardjo,
2006 : 237).
Masa nifas dimulai
setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung 6 – 8 minggu (40 hari).
Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yaitu :
1. Perubahan fisik.
2. Involusi
3. Laktasi / pengeluaran ASI.
4. Perubahan sistem tubuh lainnya.
5. Perubahan psikis.
Tujuan asuhan masa nifas :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik
fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk apabila terjadi komplikasi terhadap ibu dan bayinya.
3. Pemberian pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan dan nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
Nifas dibagi dalam 3 periode,
yaitu :
1. Puerperium dini.
Yaitu kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam agama islam dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. (sarwono prawirohardjo,2006)
2.2.2
Perwatan Pasca Persalinan
a. Mobilisasi
Karena letih sehabis bersalin
ibu harus istirahat, tidur terlentang ± 8 jam dan apabila ibu sudah mampu
segera dilakukan mobilisasi dini, pasca persalinan
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi
dan cukup kalori sebaiknya makanan yang mengandung protein, banyak minum, sayur
dan buah.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri
secepatnya.
d. Defeksi
BAB harus dilakukan 3 – 4 hari
pasca persalinan bila sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksant per oral / perectal bila masih belum baik dilakukan
klisma.
e. Perawatan payudara
Hendaknya dimulai sejak wanita
hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras sebagai persiapan menyusui bayinya.
f. Laktasi
g. Cuti hamil dan bersalin
h. Perawatan pasca persalinan
2.2.3
Involusi Alat-Alat Genetalia
a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi
kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.1 : Tinggi Fundus Dan Berat Uterus Menurut Masa
Involusi
Involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pst
1 jr bawah pst
pertengahan pst sympisis
tidak diraba diatas sympisis
bertambah kecil
sebesar kecil
|
1.000 gram
700 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
b. Bekas implantasi uri plasenta
terasa mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter
7,5 sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke-6 24 cm dsan akhirnya pulih.
c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai dakan
sembuh dalam 6 – 7 hari.
d. Rasa sakit yang disertai rasa panas (mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.
e. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina dalam masa nifas :
1. Lochea rubra, berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban dan sel-sel desidua.
2. Lochea sangulenta, berwarna merah kuning
bersisi darah dan lendir hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa berwarna kuning, cairan
tidak berdarah lagi hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4. Lochea alba airan putih selama 2 minggu.
5. Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar
darah seperti mnanah berbau busuk.
6. Locheostatis, lochea yang tidak lancar
keluarnya.
f. Serviks setelah persalinan bentuk serviks agak menganga
seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk
rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari.
g. Ligament-ligament fasia dan diafragma pelvis yang
merenggang pada waktu dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi. Karena ligamentum rotundum menjadi kendor
(Sarwono Prwirohardjo, 2006 : 238).
2.2.4
Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan hebat yang tiba-tiba
meningkat dari vulva.
b. Pengeluaran dari vagina yang
berbau busuk.
c. Rasa nyeri dibagian bawah abdomen.
d. Rasa sakit kepala terus menerus,
nyeri epigatrium.
e. Pembengkakan di lengan.
f. Demam, muntah, sakit ketika BAB.
g. Payudara tampak merah, panas dan
nyeri.
h. Kehilangan nafsu makan untuk
jangka yang terlalu lama.
i.
Rasa
nyeri, warna merah, lembek dan banyak pada kaki.
j.
Merasa
sangat letih atau sesak nafas.
2.2.5
Tingkatkan Psikologi Ibu Post
Partum
Tahap I : Ketergantungan (Talking
In) menerima
a. Pada hari ke – 2
b. Membutuhkan perlindungan dan
pelayanan
c. Membutuhkan perlindungan dan
pelayanan
d. Fokus energi pada bayi baru
e. Selalu membicarakan pengalaman
melahirkan berulang-ulang.
Tahap II : Ketergantungan
ketidaktergantungan (Talking Hold)
a. Hari ke 3 – 4
b. Energi ibu meningkat.
c. Lebih nyaman
d. ASI keluar
e. Fokus pada diri sendiri dan bayinya.
f. Mempunyai inisiatif untuk merawat diri
sendiri dan merawat bayinya.
g. Saat tepat pemberian penyuluhan kesehatan.
Tahap III : Letting go → peran
baru
a. Tubuh telah sembuh.
b. Siap menerima tanggung jawab.
c. Ibu merasa bayinya sudash terpisah dari
dirinya. (halen varney, 2007)
2.2.6
Periode Post Partum
Periode post
partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali pada keadaan tidak
hamil dan penyesuain terhadap penambahan keluarga baru walaupun tubuh terus
mengamati perubahan seperti pemulihan setelah melahirkan anak, asuhan
keperawatan dibagi dalam tiga periode :
1. Kritis 2 sampai 4 jam segera
setelah lahir.
2. Tiga hari berikutya
3. 4 sampai 6 minggu berikutnya.
Sekarang ibu dan bayi yang sehat biasanya meninggalkan fasilitas perawatan akut
terkadang selama 3 hari setelah melahirkan.
Selama persalinan kala empat bahaya
utama pada ibu adalah hemoragi keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang
sering dan waktu interensi dari perawat yang siaga.
2.2.7
Tujuan Asuhan Kebidanan
Tujuan asuhan keperawatan selama
persalinan kala IV ini adalah untuk :
a. Mencegah hemoragi.
b. Memberikan kenyamanan fisik,
nutrisi, hidrasi, keamanan dan eliminasi.
c. Memberikan dorongan pada ibu dan
keluarga untuk mulai mengintegrasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup
mereka.
d. Memelihara proses pendekatan /
kedekatan dengan neonatus. (sarwono prawirohardjo, 2006)
2.3 Konsep Dasar Paritas
Paritas
adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang di lahirkan, janin yang lahir hidup
atau mati setelah veabilitas di capai, tidak mempengaruhi
prioritas (Bobak, 2004).
2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4.1
Pengertian Asuhan Bayi Baru Lahir
Adalah Asuhan yang
diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama jam pertama setelah kelahiran, sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit
bantuan atau gangguan (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Penanganan
dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan
pembersihan lendir serta cairan yang berada di sekitar mulut dan hidung dengan
kapas dan kain kasa steril, bayi sehat akan menangis dalam 30 detik, tidak
perlu dilakukan apa-apa lagi, karena bayi sudah napas spontan dan warna
kulitnya kemerah-merahan.
2.4.2
Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Menangis kuat
b. Frekuensi nadi > 100
c. Warna kulit kemerah-merahan
2.4.3
Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
2.4.3.1 Persalinan
bersih dan aman
Adalah menyediakan
perlengkapan alat-alat di kamar bersalin diantaranya adalah :
a. Alat penghisap lendir (mucus Extractor)
b. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen
c. Alat pemotong dan pengikat tali pusat
d. Tanda pengenal bayi
e. Tempat tidur bayi atau incubator dengan
keadaan hangat dan steril
f. Lain-lain : kasa,baju steril, serta obat anti
septik
g. Termometer dan stopwatc
h. Tempat
atau ruang dalam keadaan hangat dan terang
2.4.3.2 Membersihkan
jalan napas
Bayi normal akan
menangis spontan segara setelah lahir, apabila tidak langsung menangis penolong
segera membersihkan jalan napas dengan cara:
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang
ditempat yang keras dan hangat
b. Gulung sepotong kain dan leyakkan dibawah
bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatas
lurus
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tengah yang dibungkus dengan kasa steril.
2.4.3.3 Klem dan potong
tali pusat
a. Klem tali pusat diantarnya kedua klem, pada titik kira-kira
2 cm dan 3 cm dari pangkal pusat bayi
b. Potong tali pusat diantaranya kedua klem
sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri
c. Pertahankan kebersihan pada saat memotong
tali pusat,ganti sarung tangan bila sudah kotor, potong tali pusat dengan
gunting steril
d. Periksa tali pusat setiap 15 menit apabila
masih terjadi perdarahan, lakukan pengikatan tali pusat ulang yang lebih ketat
2.4.3.4 Jaga bayi agar
tetap hangat
a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan
terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya
b. Ganti handuk atau kain yang basah dan
bungkus bayi tersebut dengan selimut, memastikan kepala terlindungi dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh dingin.
c. Memastikan bayi tetap hangat dengan
memeriksakan telapak kaki bayi setiap 15 menit
d. Apabila kaki bayi dingin, cek suhu aksila
e. Apabila suhu < 36,5 C, segera hangatkan
bayi
2.4.3.5 Kontak dini
dengan ibu
a. Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin, kontak dini antara
ibu dan bayi penting, untuk :
1. Kehangatan
2. Ikatan batin (bonding attachment)
dan pemberian asi
b. Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila
telah siap
c. Bayi normal sudah dapat di susui segera
sesudah lahir
d. Pada hari ke 3 bayi sudah bisa menysu 10
menit
2.4.3.6 Pernapasan
a. Periksa pernapasan dan warna kulit bayi
setiap 5 menit
b. Jika tidak segera nafas, lakukan hal-hal
berikut
1. Keringkan bayi dengan selimut atau handuk
yang hangat
2. Gosok punggung bayi dengan lembut
c. Jika bayi tidak nafas setelah 60 menit
mulai resusitasi
2.4.3.7 Perawatan Mata
a. Obat mata entromisin 0,5% atau tetrasiklin
1% dianjurkan untuk mencegah penyakit
mata karna klamidia
b. Perawatan mata harus dianjurkan segera
2.4.3.8 Apgar Skor
A =
apperence : Warna kulit
P = pulse : Detak
jantung
G =
grimace : Reflek
A =
Activity : (tonus otot) aktifitas
R
=Respiratori : Pernafasan
2.4.4
Asuhan Bayi Baru Lahir
Dalam waktu 24
jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun berikan asuhan berikut:
a. Lakukan perawatan tali pusat
1. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan
terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar
2. Lipat popok dibawah sisa tali pusat
3. Jika tali pusat terkena kotoran atau
tinja, cuci
dengan sabun dan air bersih dan keringkan
b. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi
pulang, berikan imunisasi BCG, Polio oral, dan Hb
c. Ajarkan tanda-tanda bahaya pada orang tua
dan beritahu agar merujuk apabila ada tanda-tanda tersebut
d. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi
dan perawatan harian untuk bayi baru lahir :
1. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2
– 3 jam
2. Pertahankan agar bayi slalu bersama ibu
3. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengganti
popok dan selimut sesuai dengan keperluan
4. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan
kering
5. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan
minta bantuan jika perlu
6. Ukur suhu bayi jika tampak sakit atau
menyusu kurang baik.
2.4.5
Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir
a.
Pernafasan
sulit atau lebih dari 60x/menit
b.
Kehangatan
terlalu panas suhu > 38 atau terlalu
dingin suhu < 36
c.
Warna
kuning(pada 24 jam pertama)biru,pucat atau memar
d.
Pemberian
makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e.
Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f.
Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar
cairan(nanah), bau busuk, pernafasan sulit
g.
Tinja
/ kemih, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, hijau tua ada lendir atau darah pada tinja
h.
Aktifitas
menggigil, atau nangis tidak
biasa, sangat
mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus. (sarwono
prawirohardjo, 2002)
Gambar 2.1 Cara
Memandikan Bayi Yang Benar
Gambar 2.2 Cara
Menutup Kepala Bayi Dengan Handuk Supaya Bayi Tetap Hangat
Gambar 2.3 Cara
Memakaikan Popok Dengan Menggunakan Kain Segi Empat
1 2
3 4
5 6
Gambar 2.4 Cara
Memakaikan Popok Dengan Menggunakan Kain Segi Tiga
1
2
3 4
Gambar 2.5 Cara Memakaikan Baju
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.6 Cara Membedong Bayi
2.5 Konsep Hipotermi
2.5.1
Pengetian Hipotermi
Adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang
dari 36,5 C (Manuaba, 2009:142)
2.5.2
Kategori Hipotermi
a. Hipotermi sedang (suhu tubuh 32 c – 36,4
c)
Tanda-tanda hipotermi sedang
1. Gangguan nafas
2. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
3. Malas minum
4. Letargi
5. Kaki teraba dingin
b. Hipotermi berat
Tanda-tanda hipotermi berat
1. Tanda lain hipotermi berat
2. Kulit teraba keras
3. Nafas pelan dan dalam
2.5.3
Penyebab
a. Asuhan BBL yang kurang tepat
b. Pada 10 – 20 menit setelah kelahiran,
basah karena cairan ketuban, memandikan bayi baru lahir kurang dari 6 jam
c. Ketidak mampuan menghasilkan panas yang
cukup untuk mengimbangi hilangnya panas saat persalinan
d. Luas permukaan yang besar dibanding
tubuhnya yang kecil, serta kepala secara proporsional lebih besar
e. Kepala tidak ditutupi, merupakan 75% dari
kehilangan panas tubuh
f. BBLR (2500g) dan prematur, lemak dalam tubuh
tidak cukup serta kemampuan tidak ada untuk mengendalikan suhu
2.5.4
Faktor Risiko
a. BBL yang menderita hipotermia segera setelah
lahir, akan
lebih mungkin terus mengalami hipotermi selama 24 jam berikutnya
b. BBL yang mengalami asfiksia
c. BBLR
d. Pengguna anastesi / analgesic selama
persalinan
e. Infeksi atau penyakit bayi lainnya
f. Langkah-langkah yang tidak memadaiuntuk
menjaga agar bayi tetap hangat, sebelum dan selama transportasi
2.5.5
Kondisi-kondisi Yang Memperparah Hipotermi
a. Ruang persalinan yang ber AC
b. Pengerikan tubuh bayi yang tidak sempurna
c. Penyelimutan yang tidak baik atau dengan
kain yang lembab
d. Kepala bayi tidak ditutupi
e. Memandikan bayi terlalu pagi
f. Lingkungan yang dingin dar ber AC
2.5.6
Dampak Dari Hipotermi
a. Hipoglikemia
b. Asidosis metabolic
c. Gawat nafas
d. Penggumpalan darah abnormal
e. Resiko tinggi infeksi
f. Kematian
2.5.7
Penatalaksanaan
a. Penghangatan secepat mungkin
b. Suhu rusngan minimal 25 c
c. Pakaian dingin disingkirkan dan diganti
dengan pakaian setelah dihangatkan
d. Kepala bayi dikenakan topi
e. Jika memggunakan alat pemanas, bayi harus diberi
pakaian dan suhu harus dicek secara berulang-ulang
f. Penting ! untuk terus memberi makan bayi
untuk memberikan kalori dan cairan. ( manuaba dkk, 2009 : 142)
Gambar 2.6 Inkubator Gambar 2.7 Pemancar Panas
2.6
Konsep
Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu nifas paritas I Tentang Peranan
Perawatan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Hipotermi
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2003 : hal 3).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain usia, pendidikan,
lingkungan, intelegensi, pekerjaan, minat, pengalaman, dan informasi.
Hipotermi merupakan
salah satu penyebab tersering dari kematian pada bayi baru lahir, seorang bayi cukup
bulan dalam keadaan kesehatan yang baik sekalipun dapat mengalami hipotermi.
Terjadinya hipotermi pada bayi
disebabkan oleh kebiasaan atau perilaku yang salah dalam perawatan BBL. Perawatan
yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak negatif bagi bayinya, khususnya calon ibu yang
memiliki anak pertamanya mereka perlu memiliki pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
Stlee dan
Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan satu proses yang
tediri dari 2 komponen, pertama bersifat praktis atau mekanis, melibatkan
ketrampilan kognitif dan mekanik, komponen ke dua, bersifat emosional, melibatkan
ketrampilan afektif dan kognitif. kedua komponen ini penting untuk keberadaan
bayi.
Komponen
pertama melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong,
mengenakan pakaian, membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan
memungkinkannya untuk bisa bergerak. aktifitas yang berorientasi pada tugas ini
atau ketrampilan kognitif-motorik tidak terlihat secara otomatis pada bayi baru
lahir, kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya
dan budayanya. banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan
proses belajar ini mungkin akan sukar bagi mereka. akan tetapi hampir semua
orang tua yang memiliki keinginan untuk belajar dan di bantu dukungan orang
lain menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak.
Komponen
kedua komponen psikologis dalam menjadi
orang tua, sifat keibuan atau kebapakkan tampaknya berakar dari pengalaman
orang tua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya, dalam
hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan perhatian
dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini kegenerasi berikutnya dengan
meniru hubungan orang tua anak yang pernah di alaminya.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang
perawatan bayi baru lahir, akan membuat seseorang semakin tahu tentang peranan perwatan bayi baru lahir dengan
kejadian hipotermi.
2.7
Kerangka Konseptual
Kerangka
konseptual adalah abstraksi dari suatu relita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu yang menjelaskan keteriaktannya antar variabel (baik yang
variabel yang diteli maupun tidak) (Nursalam, 2003 : 25).
Gambar
2.8 Kerangka
Konseptual Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Paritas 1 Tentang Peranan Perawatan Bayi
Baru Lahir Dengan Kejadian Hipotermi
Keterangan
:
: Diteliti.
: Tidak diteliti.
Primi para : orang yang pertama melahirkan
Hipotermi : suhu
bayi kurang dari 36,5 c
Alur : Pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang tentang perawatan bayi baru lahir, akan membuat seseorang semkin tahu
tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan terjadinya hipotermi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan suatu masalah. Pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmojdo,
2005 : 19).
Metode penelitian ini terdiri dari desain
penelitian, sampling desain, kriteria sample, identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi
waktu penulisan, pengumpulan data dan analisa data, teknik pengolahan data,
alat ukur yang digunakan, etika penelitian, keterbatasan.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah merupakan hasil akhir dari
suatu keputusan yang dibuat berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan (Nursalam, 2003 : 80).
Jenis
penelitian yang digunakan adalah peelitian analitik, penelitian analitik adalah suatu penelitian
yang mencoba menggali
bagaimana dan fenomena kesehatan itu terjadi, sedangkan rancangan yang digunakan adalah cross
sectional, cross sectional
adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek.
Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui atau mengukur hubungan tingkat penetahuan ibu nifas paritas 1 tentang peranan perawatan bayi
baru lahir terhadap kejadian hipotermi. Dalam penelitian ini menggunakan
metode analitik dan menggunakan pendekatan Cross Sectional artinya setiap objek
penelitian hanya berobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakteristik atau variabel subyek pada saat pemeriksaan, pengumpulan
data untuk jenis penelitian ini baik untuk variabel sebab (variabel
independent) maupun variabel akibat (variabel dependent) dilakukan
secara sekaligus.
3.2 Sampling Desain
3.2.1
Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang telah memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93).
Populasi dalam penelitian ini kurang lebih 20 ibu nifas
paritas I di RSAB Muslimat jombng.
3.2.2
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005 : 74).
Sampel yang diambil adalah kurang lebih 19 ibu nifas paritas
I di RSAB Muslimat Jombang.
3.2.3
Sampling
Sampling adalah suatu cara atau teknik tertentu yang
digunakan untuk pengambilan sampel, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasi (Notoatmojdo, 2005 : 79).
Desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability Sampling dengan jenis simpel
rondom sampling yaitu pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi (Notoatmojdo, 2005 : 79).
Untuk mengetahui populasi dalam penelitian ini melihat data
sebelumnya karna populasi dalam penelitian ini populasi berjalan, kemudian
menghitung sampel dan di undi dengan cara dilotre.
3.3 Kriteria Sampel
Kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khusunya jika terdapat variabel-variabel (kotor atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel
yang kita teliti (Nursalam, 2008
: 92).
3.3.1
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008 : 92).
Kriteria
inklusi dari penelitian ini adalah :
a.
Ibu nifas
paritas I yang melahirkan dengan SC di RSAB Muslimat Jombang
b.
Ibu nifas
paritas I yang bersedia
diteliti
c.
Ibu nifas paritas I yang bisa membaca dan menulis
3.3.2
Kriteria Eksklusi
Kriteria
eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dari berbagai sebab (Nursalam, 2008 : 92).
kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah
:
a. Ibu nifas paritas I di RSAB Muslimat Jombang menolak untuk diteliti
b. Ibu nifas yang melahirkan lebih dari 1x
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok yang lain. (Notoatmojo,
2005 : 70).
3.4.1
Variabel Independent
Variabel independent adalah varibel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini variabel independent adalah tingkat
pengetahuan ibu nifas paritas 1
tentang perawatan bayi baru lahir.
3.4.2
Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008).
Dalam
penelitian ini variabel dependent adalah kejadian hipotermi.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasinal adalah definisi berdasarkan karakteristik yang di amati
dari sesuatu yang di definisikan tersebut (Nursalam, 2008).
Tabel
3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Paritas I Tentang Peranan Perawatan Bayi Baru Lahir
Dengan Kejadian Hipotermi
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Skala
|
Skor
|
Independent
Tingkat
Pengetahuan
Ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir
|
Segala apa yang
diketahui ibu nifas paritas
I tentang peranan perawatan
bayi baru lahir.
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Benar : 1
Salah : 0
kemudian
dimasukkan
-Tinggi 76- 100%
-Sedang 56-75%
-Rendah <56 o:p="">56>
|
Dependent :
Kejadian
hipotermi
Suatu Keadaan dimana suhu tubuh bayi dibawah
normal
(< 36,5 c) setelah dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan termometer axial.
Termometer
interval
Hipotermi : (< 36,5 c)
Tidak hipotermi
(³ 36,5 c)
3.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.6.1
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian dilaksanakan di RSAB
Muslimat Jombang.
3.6.2
Waktu Penelitian
Waktu
penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juni 2010.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal
08 – 15 Mei 2010.
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.7.1
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2008).
Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner
berstruktur dimana kuesioner dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya
tinggal memilih dan menjawab pada jawaban yang sudah ada.
3.7.2
Analisa
data
3.7.2.1
Analisa
univariat
Analisa univariat
adalah menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi, variabel yang di analisis secara univariat
adalah tingkat pengetahuan ibu nifas paritas 1 tentang peranan perawatan bbl.
Setelah dikumpulkan
melalui angket kuesioner, dilakukan pemberian skor dalam penelitian dengan
nilai jika benar 1 dan 0 jika salah, rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
N :
Nilai yang didapat
SP :
Skor yang didapat
SM :
Skor maksimum
Setelah sampai pada hasil prosentase,
kemudian diinterpretasikan dengan kriteria kualitatif sebagai berikut:
a. Bila hasil 76 – 100 % : Tinggi
b. Bila hasil 56 – 76 % : Sedang
c. Bila hasil < 56 % : Rendah
Untuk menentukan prosentase frekuensi jawaban
responden dengan cara membandingkan jumlah jawaban responden dari masing-masing pertanyaan dengan jumlah keseluruhan responden. Adapun rumusnya
sebagai berikut
Keteranagn:
P :
Prosentase jawaban responden
ƒ : Frekuensi
jawaban responden
N :
Jumlah responden
Dari hasil analisa data tersebut akan
diinterpretasikan dengan skala :
a. 100 % : Seluruhnya
b. 76 – 99 % : Hampir
Seluruhnya
c. 51 – 75 % :
Sebagian Besar
d. 50 % :
Setengahnyas
e. 26 – 49 % :
Hampir Setengahnya
f. 25 % :
Sebagian Kecil
g. 0 % :
Tidak Satupun
(Arikunto, 2006 : 266).
3.7.2.2 Anlisa bivariat
Analisa bivariat
adalah dilakukan terhadap 2 variabel yang juga berhubungan atau berkolerasi.
Untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas paritas 1 tentang peranan perawatan bayi
baru lahir dengan kejadian hipotermi. menggunakan uji Spearman Rank dengan menggunakan program SPSS. Jika a < 0.05 maka H0 ditolak yang
berarti H1 diterima yaitu ada hubungan yang bermakna antara variabel
independent dengan variabel dependent, sebaliknya jika a > 0,05 Maka H0 diterima
yang artinya tidak ada hubungan antara variabel independent dan variabel
dependent.
3.8
Teknik Pengelolahan Data
Setelah data
terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data, kegiatan dalam pengolahan data
meliputi :
3.8.1
Editing
Editing adalah
memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan kultur atau
buku register (Budiarto, 2001 : 24).
Dalam penelitian
ini kegiatan editing yang dilakukan yaitu kuesioner yang telah terkumpul
kemudian dihitung berapa banyak lembar pertanyaan yang telah diisi untuk
mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Lalu mengoreksi
apakah semua pertanyaan telah diisi dan apakah jawaban sesuai dengan pertanyaan
atau terdapat tulisan yang kurang jelas.
3.8.2
Coding
Coding adalah
tahap dimana penelitian memberi kode pada setiap katagori yang dalam varibel
(Budiarto, 2001 : 30).
Dalam penelitian ini setelah
diklasfisikasi diberi kode :
Pendidikan SD = 1
SMP = 2
SMA = 3
S1 = 4
3.8.3
Skoring
Diberikan skor
pada setiap item lembar kuesioner dimana jika jawaban benar 1 dan jika salah
nilainya 0 (Arikunto, 2006 : 236).
3.8.4
Tabulasi
Tabulasi adalah
peekerjaan menyusun tabel mulai dari penyusunan tabel utama yang berisi seluruh
data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai
dengan tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan betul
dan isinya sesuai dengan tujuan penelitian, setelah terbentuk tulisan
(Nursalam, 2003 : 94).
Dalam penelitian
ini penyusunan data dengan bantuan komputer menggunakan SPSS.
3.9
Alat Ukur
Dalam
penelitian ini alat ukur
pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dimana responden tinggal
memilih jawaban yang telah disediakan
Adapun
kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui.
3.10 Etika Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini harus ijin pada pihak yang terkait selain itu baru disebarkan
pada responden yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang diteliti
meliputi :
3.10.1 Inform Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan
yang diberikan pada subyek yang akan diteliti, peneliti menjelasakan maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data jika subyek menolak untuk diteliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya (Nursalam dan Pariani, 2001 : 172).
3.10.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga
kerahasian responden peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data cukup dengan memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.
3.10.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan
informasi responden dijamin oleh penulis hanya kelompok data tertentu saja yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
3.11 Keterbatasan
Keterbatasan
merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian, keterbatasan dalam
penelitian yang dihadapi oleh peneliti adalah :
3.11.1 Keterbatasan Instrumen
Pengumpulan data
menggunakan kuesioner atau angket memungkinkan responden menjawab pertanyaan
dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud dan menimbulkan
persepsi yang berbeda sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil
penelitian yang dilaksanakan di RSAB Muslimat Jombang dengan 21 responden. Hasil penelitian
disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Dalam data umum
dimuat dalam karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan.
Sedangkan data khusus terdiri dari tingkat pengetahuan ibu nifas paritas 1 tentang peranan perawatan bayi baru
lahir, kejadian hipotermi, hubungan pengetahuan ibu tentang peranan perawatan
bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi. Data – data tersebut dalam bentuk
tabel.
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Data Umum
4.1.1.1 Karakteristik
responden berdasarkan umur
Tabel
4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur di RSAB Muslimat Jombang 2010
N
|
Umur
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1.
2.
3.
|
< 20
tahun
20-30 tahun
> 30
tahun
|
2
18
1
|
9 %
86 %
5 %
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa
hampir seluruhnya responden berusia 20 – 30 tahun sebanyak 18 responden (86%).
4.1.1.2 Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan
Tabel
4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan
pendidikan responden di RSAB Muslimat Jombang
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi (f)
|
Pementase (%)
|
1.
|
SD
|
1
|
5 %
|
2.
|
SLTP
|
6
|
28%
|
3.
|
SLTA
|
5
|
24 %
|
4.
|
Akademi/PT
|
9
|
43%
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan
bahwa hampir setengahya pendidikan responden Pergurun Tinggi sebanyak 9 responden (43%).
4.1.1.3 Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan
Tabel
4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan Responden di RSAB Muslimat Jombang 2010
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Ibu rumah tangga
|
6
|
28%
|
2.
|
PNS
|
4
|
19 %
|
3.
|
Swasta
|
10
|
48 %
|
4.
|
Petani
|
1
|
5 %
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat menunjukkan
bahwa Hampir setengahnya
pekerjaan responden swasta sebanyak 10 responden (71%).
4.1.2
Data Khusus
4.1.2.1 Karakteristik
Tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru
lahir
Tabel
4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Peranan Perawatan Bayi Baru Lahir di RSAB Muslimat Jombang
2010
No
|
Pengetahuan
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1.
2.
3.
|
Baik
Cukup
Kurang
|
11
6
4
|
52 %
29 %
19 %
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang peranan perawatan bayi baru lahir
sebagian besar baik sebanyak 11 responden (52%).
4.1.2.2 Karakteristik
kejadian hipotermi
Tabel
4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian
Hipotermi di RSAB Muslimat Jombang 2010
No
|
Kejadian hipotermi
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
1.
2.
|
Tidak Hipotermi
Hipotermi
|
17
4
|
81 %
19 %
|
Jumlah
|
21
|
100 %
|
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hampir
seluruhnya bayi tidak mengalami hipotermi sebanyak 17 bayi
(81%).
Tabel
4.6 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Paritas I Tentang Peranan Perawatan Bayi Baru Lahir
Dengan Kejadian Hipotermi di RSAB Muslimat Jombang 2010
Dependen
Independen
|
Kejadian
hipotermi
|
Total
|
|||||
Tidak
Hipotermi
|
Hipotermi
|
||||||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
Tingkat pengetahuan ibu nifas
paritas I Tentang perawatan bayi baru lahir
|
Baik
|
11
|
52
|
0
|
0
|
11
|
52
|
Cukup
|
5
|
24
|
1
|
5
|
6
|
29
|
|
Kurang
|
1
|
5
|
3
|
14
|
4
|
19
|
|
Total
|
17
|
81
|
4
|
19
|
21
|
100
|
Berdasarkan tabel
4.6 sebagian besar responden tingkat pengetahuanya baik sebanyak 11 responden (52%), dari 21 responden di
dapatkan 17 bayi yang tidak mengalami hipotermi (81%), dan 4 bayi mengalami Hipotermi (19 %).
Dari data tersebut
dilakukan uji statistik SPSS spearman rank dengan tingkat kemaksimalan a < 0,05
menunjukkan nilai signifikan 0,002 yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan
tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi baru
lahir dengan kejadian hipotermi di RSAB Muslimat Jombang 2010. (hasil uji
statistik Spearman’s Rank lihat lampiran).
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas
paritas I tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan kajadian hipotermi
di RSAB Muslimat Jombang, maka sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
diterapkan pada Bab I Pada bab ini akan
diuraikan pembahasan mengenai :
4.2.1
Pengetahuan Ibu Nifas Paritas I
Tentang Peranan Perawatan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan tabel
4.5 menunjukkan sebagian besar tingkat pengetahuan ibu baik. Menurut
Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, pengalaman, pekerjaan dan informasi.
Pengetahuan ibu
tentang perawatan bayi baru lahir baik. Hal ini karena dipengaruhi umur,
pendidikan, dan pekerjaan, Usia
adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Pengetahuan juga
dipengaruhi oleh pendidikan, hampir setengahnya responden berpendidikan perguruan
tinggi sebanyak 43%, tingginya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap
atau penerimaan perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru
dikenal. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandanganya
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi
akan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.
Bardasarkan hasil
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terdapat kesamaan antara teori
dan kanyataan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain usia, pendidikan, dan pekerjaan, hal ini terbukti tingkat
pendidikan ibu nifas paritas I Tentang perawatan bayi baru lahir baik karena
dipengaruhi tingkat pendidikan yang tinggi yaitu PT, Usia yang cukup matang 20
– 30 tahun, pekerjaan sebagaian besar swasta, dan juga informasi yang didapat
kebanyakan ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang perawatan bayi baru
lahir.
4.2.2
Kejadian Hipotermi
Berdasarkan tabel
4.5 menunjukkan bahwa yang tidak mengalami hipotermi sebanyak 81%, menurut
manuaba hilangnya panas tubuh disebabkan karena
4 hal, pertama bentuk radiasi (panas tubuh menghilang begitu
kesekitarnya), kedua konveksi (hilangnya panas tubuh karena disekitarnya lebih
dingin seperti kamar dengan AC), ketiga konduksi (hilangnya panas tubuh akibat
bersentuhan dengan tubuh yang lebih dingin), keempat evaporasi (hilangnya panas
tubuh karena penguapan air pada tubuh). Hipotermi terjadi karena perawatan bayi
baru lahir yang salah, pengetahuan ibu nifas paritas I yaitu baik tentang perawatan bayi baru lahir agar tetap hangat dan kering. perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng (long lasting).
Pengetahuan ibu tentang peranan perawatan bayi baru lahir yang baik akan memgakibatkan
ibu berperilaku dengan benar dalam perawatan bayi baru lahir, sebaliknya
pengetahuan ibu yang kurang menyebabkan ibu tidak dapat melakukan perawatan
bayi baru lahir dengan benar.
Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang
baik tentang perawatan bayi baru lahir agar tetap hangat dan kering.
Pekerjaan
adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing.
Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat
(Notoatmojo,2003).
Pekerjaan
responden mengidentifikasi pengetahuan responden, semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang tentang perawatan bayi baru lahir maka akan membuat
seseorang berperilaku baik tentang perawatan bayi baru lahir, sebaliknya
rendahnya pengetahuan seseorang tentang perawatan bayi baru lahir mengakibat
tidak berperilaku baik dalam perawatan bayi baru lahir sehingga bayi mengalami
hipotermi (suhu dibawah normal).
4.2.3
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas Paritas I Tentang Peranan Perawatan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian
Hipotermi di RSAB Muslimat Jombang 2010
Berdasarkan
tabel 4.6 ada hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I Tentang peranan perawatan
bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan
ibu tentang perawatan bayi baru lahir yang baik, tingginya pengetahuan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang baik tentang cara perawatan
bayi baru lahir, usia yang relatif matang, pekerjaan dan sudah pernah mendapat
informasi tentang perawatan bayi baru lahir. Informasi dapat diperoleh dirumah,
lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan.
Pengetahuan
yang baik tentang perawatan bayi baru lahir menyebab ibu memperhatikan
perawatan bayi baru lahir yang benar, sebaliknya pengetahuan ibu yang kurang
tentang perawatan bayi baru lahir cenderung tidak memperhatikan perawatan bayi
baru lahir dengan benar. Peran petugas kesehatan terutama bidan sangat penting
dalam perwatan bayi baru lahir dan juga
harus memberikan pendidikan pada ibu nifas baik dengan cara konseling cara
perawatan bayi baru lahir yang benar agar bayi tetap hangat dan kering,
sehingga ibu bisa melakukan perawatan bayi baru lahir yang benar dan bisa
menurunkan kejadian hipotermi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian di RSAB Muslimat Jombang tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
baru lahir adalah baik sebesar (52%)
2.
Kejadian hipotermi rendah sebesar (17%)
hampir seluruhnya tidak mengalami hipotermi.
3.
Ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas paritas I tentang peranan perawatan bayi
baru lahir dengan kejadian hipotermi. Dengan tingkat kemaksimalan α < 0,05
menunjukkan nilai signifikan 0,002 yang berarti Ho ditolak.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi Institusi Akademik
Institusi akademik diharapkan memberikan pendidikan
yang lebih ekstensif kepada mahasiswa tentang perawatan bayi baru lahir sehingga
mahasiswa dapat memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dengan benar.
5.2.2
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti hubungan lebih lanjut tentang faktor lain yang
dapat menyebabkan hipotermi
sehingga kejadian hipotermi dapat ditekan.
5.2.3
Bagi Tempat Penelitian
Tempat penalitian diharapkan dapat memberikan pendidikan dengan cara konseling kepada ibu
nifas tentang perawatan bayi baru lahir agar tetap hangat dan kering.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto, Suharsimi.
2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bobak, Lowdermik,
Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik
Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Kosim Sholeh. 2003. Manajemen
Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di RS, Jakarta :
Depkes RI
Marcia, Patricia. 2006. Pedoman
Kesehatan Perawatan Anak. Jakarta : EGC
Manuaba, dkk. 2009. Buku
ajar patologi obstetri, Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
___________., 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta
: Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep
dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
___________, 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
___________, 2001. dan Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Saifuddin. 2002. Buku
Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sugiyono. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sutantri, Peni. 2007. Suara
Fraksi. http://www.dinkesjatim.com
(25 Februari 2010)
Valen, Harney,dkk. 2007.
Asuhan Kebidanan vol 1. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifah.
2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta :
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Yrama Widya, Ronald.
2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Label:
Contoh KTI
0 komentar:
Posting Komentar