BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa
nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. Dalam
masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. Sedangkan mobilisasi dini adalah
kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Setelah melahirkan ibu
dianjurkan melakukan mobilisasi dini (Sarwono, 2006).
Dengan mobilisasi dini, ibu dapat sesegera mungkin
melakukan buang air besar dan buang air kecil setelah melahirkan. Buang air
besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan, keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan. Fungsi ginjal akan kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah melahirkan. Hal tersebut merupakan perubahan fisiologis, tetapi perlu
dilakukan mobilisasi dini. Pada hari ke-10 uterus tidak teraba lagi.
Data di Paviliun Melati RSUD Jombang, dari 10 ibu post
partum 60% ibu sudah melakukan mobilisasi dini dan 40% ibu tidak melakukan
mobilisasi dini. Ibu tidak melakukan mobilisasi dini dikarenakan ibu takut,
malas dan merasa capek setelah melahirkan. Padahal mobilisasi dini dapat
membantu menurunkan Tinggi Fundus Uteri secara bertahap. Dengan bergerak, hal
ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan
mempercepat penyembuhan luka.
Ibu nifas post partum mengalami involusi uteri, dimana
otot-otot uterus berkontraksi sehingga pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
akibat perlekatan placenta akan terjepit, sehingga perdarahan post partum dapat
dicegah, involusi uteri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu autolysis, aktifitas otot dan iskemik. Seperti dijelaskan di atas
bahwa mobilisasi dini dapat meningkatkan tonus otot yang sangat dibutuhkan
untuk mempercepat proses involusi uteri dan pada akhirnya dapat mengurangi
insiden perdarahan post partum.
Selain ibu nifas, mobilisasi dini juga dapat dilakukan
pada ibu post SC dengan cara perlahan-lahan sampai ibu dapat melakukannya.
Namun di sini peneliti hanya menekankan pada ibu nifas. Mobilisasi dini sangat
penting dilakukan pada ibu nifas untuk mempercepat penurunan Tinggi Fundus
Uteri.
Berdasar fakta dan uraian singkat di atas, maka peneliti
perlu untuk mengetahui akan pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada ibu nifas di Paviliun Melati RSUD Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas di Paviliun Melati RSUD
Jombang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan
Umum
Mengetahui
pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas
di Paviliun Melati RSUD Jombang.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.3.2.1
Mengidentifikasi Tinggi Fundus Uteri
pada ibu nifas sebelum diberi perlakuan mobilisasi dini di Paviliun Melati RSUD
Jombang.
1.3.2.2
Mengidentifikasi Tinggi Fundus Uteri
pada ibu nifas setelah diberi perlakuan mobilisasi dini di Paviliun Melati RSUD
Jombang.
1.3.2.3
Menganalisa tentang pengaruh mobilisasi
dini terhadap penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas di Paviliun Melati
RSUD Jombang.
.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai
media pembelajaran dan masukan tambahan materi dalam institusi pendidikan
kesehatan, serta menjadi tambahan sumber kepustakaan di bidang kesehatan.
1.4.2
Bagi
Peneliti
Wahana
belajar dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapatkan selama perkuliahan ke
dalam praktek dilingkungan masyarakat, peningkatan daya pikir dan mengamati
suatu permasalahan yang nyata bagi peneliti dalam proses penelitian.
1.4.3
Bagi
Lahan Praktek
Sebagai
masukan yang dapat dipergunakan untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan
tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan TFU.
1.4.4
Bagi
Pasien
Untuk
memberikan informasi tentang pentingnya mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi
dini.
1.5
Sistematika
Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
Meliputi : latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi : konsep dasar nifas, konsep dasar
mobilisasi dini, konsep dasar penurunan Tinggi Fundus Uteri, kerangka konsep, hipotesa.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi : desain penelitian, sampling desain,
kriteria sampel, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data
dan anamnesa data, teknik pengolahan data, alat ukur yang digunakan, etika
penelitian dan keterbatasan.
BAB
IV : HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Memaparkan hasil
penelitian dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Memaparkan kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB
II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dasar Nifas
2.1.1 Pengertian
Nifas
Masa
puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Prawiroharjo, 2006:237).
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawiroharjo,
2002:122).
Masa nifas atau masa purperium adalah masa setelah
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita selekta,
2000:316).
2.1.2 Perubahan
Fisiologis Pada Masa Nifas
2.1.2.1 Penurunan TFU
Uterus mulai mengecil segera setelah plasenta lahir. Uterus
biasanya berada pada 1-2 jari di bawah pusat. Pada 24 jam pertama, uterus
mungkin membesar sampai mencapai pusat. Setelah itu, uterus akan mengecil dan
mengencang. Pada akhir minggu kedua setelah persalinan ukurannya telah kembali
ke keadaan sebelum hamil. Ibu yang telah mempunyai anak biasanya uterusnya
sedikit lebih besar dari pada ibu yang belum mempunyai anak (Depkes, 2000).
2.1.2.2 Laktasi
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan
eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah
lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi
setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu
membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu
dalam kondisi baik (termasuk menjahit laserasi). Keluarga dapat membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI lebih awal (APN, 2007)
2.1.2.5 Lochea
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea
rubra atau lochea kruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Hari
berikutnya darah bercampur lendir dan disebut lochea sanguilenta. Setelah satu
minggu, lochea cair tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning, disebut lochea
serosa. Setelah 2 minggu, lochea hanya merupakan cairan putih disebut lochea
alba. Biasanya lochea berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi;
dan akan berbau busuk, umpamanya pada adanya lokiostasis (lochea tidak lancar
keluar) dan infeksi (Bobak, 2005).
2.1.3 Asuhan masa
nifas
2.1.3.1 Mencegah infeksi
Salah
satu cara penting untuk mencegah infeksi ialah mempertahankan lingkungan yang
bersih. Penutup tempat tidur harus diganti setiap hari, tampon atau pelapis
sekali pakai perlu diganti lebih sering. Pasien diusahakan untuk tidak berjalan
di dalam rumah sakit tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari kontaminasi
tempat tidur saat mereka kembali ke tempat tidur. Supervisi penggunaan fasilitas
untuk mencegah kontaminasi silang juga diperlukan. Misalnya, tempat duduk untuk
mandi atau lampu pemanas harus dicuci sebelum digunakan oleh ibu yang lain. Petugas ruangan juga merupakan bagian penting lain dari
lingkungan rumah sakit. Mereka harus mengetahui cara mencuci tangan untuk
mencegah infeksi silang. Tindakan pencegahan secara universal harus dilakukan.
Anggota staf yang pilek, batuk, dan memiliki infeksi kulit (misalnya, herpes di
bibir(virus herpes simpleks, tipe1) harus mengikuti protokol rumah sakit jika
kontak dengan pasien nifas.
2.1.3.2 Mencegah distensi kandung kemih
Kandung
kemih yang penuh membuat rahim terdorong ke atas umbilikus dan ke salah satu
sisi abdomen. Keadaan ini juga mencegah uterus untuk berkontraksi secara
normal. Intervensi perawat difokuskan untuk membantu ibu mengosongkan kandung
kemihnya seacar spontan sesegera mungkin. Prioritas pertama ialah membantu ibu
ke kamar kecil atau berkemih di bedpan jika ia tidak mampu berjalan. Membiarkan
ibu mendengar bunyi air mengalir, merendam tangannya di dalam air hangat, atau
memercikkan air dari botol ke perineumnya bisa merangsang berkemih. Teknik lain
yang dapat digunakan ialah membantu ibu mandi atau melakukan sitz bath dan menganjurkan ibu berkemih
atau meletakkan minyak peppermint di
dalam bedpan di bawah ibu. Uap minyak ini dapat merelaksasi meatus urinarius
dan membuat ibu berkemih secara spontan. Apabila tindakan ini tidak berhasil,
sebuh kateter steril dimasukkan untuk mengeluarkan urine.
2.1.2.3 Rasa
nyaman
Kebanyakan
ibu mengalami nyeri segera setelah memasuki masa nifas. Penyebab umum nyeri
meliputi nyeri pada masa nifas, episiotomi atau laserasi perineum, hemoroid,
dan pembesaran (engorgement)
payudara. Penjelasan ibu tentang jenis dan berat nyeri adalah pedoman terbaik
bagi perawat untuk memilih intervensi yang harus dilakukan. Intervensi
keperawatan ditujukan untuk mengeliminasi sampai pada tingkat yang dapat
diterima ibu, sehingga ia dapat merawat dirinya dan bayinya. Perawat bisa
menggunakan intervensi nonfarmakologi dan farmakologi untuk mengupayakan rasa
nyaman. Sebagai patokan, tindakan nonfarmakologi harus dilakukan lebih dahulu,
bisa tanpa atau dikombinasi dengan intervensi farmakologi. Hilangnya nyeri
dapat lebih cepat, jika menggunakan lebih dari satu metode atau cara.
2.1.2.4 Istirahat
Kegembiraan
yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit
beristirahat. Ibu baru seringkali cemas akan kemampuannya dalam merawat bayinya
atau sering merasa nyeri. Hal ini bisa membuatnya sukar tidur. Intervensi harus
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan tidur dan istirahat.
Menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang member kenikmatan, dan pemberian
obat tidur mungkin diperlukan selama beberapa malam pertama. Rutinitas rumah
sakit dan perawat bisa juga disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu.
Selain itu, perawat dapat membantu keluarga ini membatasi pengunjung dan
memberi kursi yang nyaman atau tempat tidur untuk pasangan.
2.1.2.5 Latihan
fisik
Kebanyakan
ibu yang baru saja melahirkan sangat tertarik untuk bisa kembali memiliki
bentuk tubuh sebelum hamil. Latihan senam nifas dapat segera dimulai setelah
melahirkan walaupun ibu harus dianjurkan untuk memulai latihan ini secara
mandiri dan semakin lama semakin berat
2.1.2.6 Defekasi
Intervensi
keperawatan untuk mempercepat proses defekasi normal ialah memberi ibu
penjelasan tentang upaya menghindari konstipasi. Tindakan tersebut mencakup
upaya menjamin cukup serat kasar dalam makanan dan cukup minum serta melakukan
latihan. Beri tahu ibu efek samping analgesik narkotika (misalnya, penurunan
motilitas saluran cerna). Hal ini bisa mamberi ibu semangat untuk menerapkan
tindakan untuk mengurangi resiko konstipasi. Pelunak tinja sering diberikan dan
laksatif diperlukan pada masa awal periode masa nifas. Dengan program
pemulangan pasien lebih dini, ibu baru dapat pulang ke rumah sebelum ia mampu
buang air besar (Bobak, 2005:492).
2.1.4 Tujuan asuhan masa nifas
2.1.4.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologik.
2.1.4.2 Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
2.1.4.3 Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
2.1.4.4 Memberikan
pelayanan keluarga berencana.
Asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Sarwono, 2001).
2.2 Konsep Dasar Mobilisasi Dini
2.2.1 Definisi
Mobilisasi
dini adalah kebijakan untuk segera membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing penderita berjalan (http://Indonesiannursing.com).
2.2.2 Rentang gerak dalam mobilisasi
Dalam
mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
2.2.2.1 Rentang
gerak pasif
Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dam persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
2.2.2.2 Rentang
gerak aktif
Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
2.2.2.3 Rentang
gerak fungsional
Berguna
untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
2.2.3 Manfaat
mobilisasi dini pada ibu nifas
Mobilisasi
dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat
tidur ibu (pada persalinan normal). Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan
lokia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat
normalisasi alat kelamin dalam ke keadaan semula.
2.2.3.1 Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan
mobilisasi dini. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali
normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa
sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan
bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktivitas ini juga
membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2.2.3.2 Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan
segera untuk ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu nifas akan
cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa
sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.
2.2.3.3 Mencegah terjadinya thrombosis dan
tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal / lancer sehingga resiko
terjadinya thrombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
2.2.4 Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
2.2.4.1 Peningkatan
suhu
Karena
adanya penurunan TFU yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
2.2.4.2 Perdarahan
yang abnormal
Dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
2.2.4.3 Penurunan TFU yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi dini akan
menghambat pengeluaran darah sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya
kontraksi uterus (http://Indonesiannursing.com).
2.2.5 Tahap-tahap
mobilisasi dini
2.2.5.1 Miring ke kanan – kiri
Memiringkan badan ke kiri – ke kanan
merupakan mobilisasi paling ringan yang paling baik dilakukan pertama kali. Di
samping mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat kembalinya
fungsi usus dan kandung kemih secara normal.
2.2.5.2 Menggerakkan kaki
Setelah membalikkan badan ke kanan
dan kiri, mulai gerakkan kedua kaki. Ada mitos yang mengatakan hal ini tidak
boleh dilakukan karena bisa menyebabkan varises. ”Itu tidak benar!Justru bila
kaki tidak digerakkan dan ibu berbaring terlalu lama, akan terjadi pembekuan
pembuluh darah balik yang bisa menyebabkan varises maupun infeksi.”
2.2.5.3 Duduk
Setelah agak ringan, cobalah duduk
di tempat tidur. Bila merasa tidak
nyaman, jangan paksakan diri. Lakukan
pelan-pelan sampai terasa nyaman.
2.2.5.4 Berdiri dan turun dari tempat tidur
Kalau duduk tidak manyebabkan rasa pusing, teruskan
dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Jalan sedikit. Bila terasa
sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan di coba lagibegitu kondisi
tubuh sudah terasa lebih nyaman.
2.2.5.5 Ke kamar mandi
Bila sudah tidak ada keluhan, bisa
di coba untuk berjalan ke kamar mandi dan buang air kecil. Ini pun harus
dilatih, karena biasanya banyak ibu yang merasa takut.
2.3 Konsep Dasar Penurunan Tinggi Fundus Uteri
2.3.1 Definisi
Penurunan TFU (Involution)
adalah degenerasi progresif yang terjadi secara alamiah sesuai usia, berakibat
pada penciutan organ atau jaringan (Kumala, 2003)
Penurunan
TFU adalah perubahan system reproduksi pada masa nifas yang mengalami perubahan
sampai kembali kepada kondisi semula sebelum hamil (Pilliterri, 2002:150).
Alat-alat
genetalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil, yang disebut penurunan TFU (Kapita Selekta, 2000:316).
Penurunan
TFU adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
(Bobak, 2005:492).
2.3.2 Beberapa faktor kondisi yang menghambat penurunan
TFU
a.
Kehamilan multiple
b. Hidroamnion
c.
Kelelahan
akibat persalinan yang panjang dan kesulitan melahirkan
d.
Multipara
atau efek fisiologis akibat kelebihan analgesic
e.
Ada
bagian plasenta atau membran yang tertahan
f. Kandung
kemih penuh
Table 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Masa Involusi
Involusi
|
Tinggi
Fundus Uteri
|
Plasenta lahir
7 hari
14 hari
42 hari
56 hari
|
Sepusat
Pertengahan
pusat-simfisis
Tidak teraba
Sebesar hamil 2
minggu
normal
|
Sumber
: Manuaba, 1999
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah
suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari
masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2005:43)
Kerangka konsep penelitian pada
dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2005)
Post partum
|
Mobilisasi dini :
-
Definisi
-
Manfaat
-
Kerugian
|
-
Teknik
mobilisasi dini
|
-
Luka-luka pada jalan Bekas implantasi uri
-
Luka-luka jalan lahir
-
Rasa sakit
-
Lokia
-
Serviks
-
Ligament-ligamen
|
Perubahan-perubahan
dari alat-alat genetal pada ibu nifas:
-
Uterus
|
|
Tidak ada penurunan Tinggi Fundus
Uteri
|
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
|
: tidak diteliti
2.5 Hipotesis
Hipotesis
penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Nursalam, 2005:72)
H1 : Ada pengaruh mobilisasi
dini terhadap penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas di Paviliun Melati
RSUD Jombang.
H0 : Tidak ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu nifas di Paviliun Melati RSUD
Jombang.
Label:
Contoh KTI
0 komentar:
Posting Komentar